Quantcast
Channel: ahmad taufik
Viewing all 216 articles
Browse latest View live

Perjalanan : Sekilas Beirut

$
0
0


Sekilas Beirut


Beirut, bahasa Arab Bayrūt ,Bahasa Latinya Berytus dan bahasa Perancis Beyrouth, ibu kota dan kota terbesar di Libanon. Sampai saat tak ada data pasti jumlah penduduknya. Sensus terakhir pada tahun 2007 sekitar satu juta sampai dua juta orang. Karena banyaknya pengungsi Palestina, dan kini ditambah pengungsi Suriah. Kota ini pertama kali ditemukandalam surat mesir kuno Tell el Amarna, bertanggal abad ke 15 BC. 

Tahun 2009 The New York Times mencantumkannya dalam tempat teratas yang layak dikunjungi. Lembaga perjalanan termashur di dunia  Lonely Planet  juga memasukkanyas dalam 10 kota yang layak menjadi tempat tinggal. Pada 2011 MasterCard Index memasukkan Beirut pada rangking nomer dua dimana pengunjung/turis menghabiskan uangnya di kawasan Timur Tengahdan Afrika, totaknya 6,5 triliun US Dolar setahun.

Perjalanan : Sight Seeing Beirut

$
0
0


Sekedar  Sight Seeing


Di Hotel Golden Tulip, belakangan aku tahu dari seorang foto grafer lokal Khaled Asaad, hotel ini dulu bernama JW Mariot. Karena kalah bersaing sama Mak Erotdiubah namanya, kalee. Penjemput menyerahkan pada seorang panitia, Ahmad namanya. Si Ahmad menyerahkan kami berdua kepada resepsionis hotel, Aku di kamar 135, Mr Muhideen, kamar 136. Resepsionis menjelaskan yang ditanggung panitia, dan paket list makanan pilihan  jika sedang tak ada acara « Jika mau internet di kamar maupun di lobby, beli voucher 10 US Dolar untuk 24 jam, ini harga promosi lo, » kata resepsionis itu.

Taka ada info apa-apa dari panitia, tentang daftar acara buat besokhari (16/2). « Acara di ballroom, lantai M pukul 08.30, sarapan di restoran itu, »:katanya sambil menunjuk Palm Restaurant. « Istirahat dulu infonya baru besok, »sambung Ahmad. Ya, sekitar 12 jam perjalanan memang membuat lelah, saatnya berendam air panas.

Usai berendam, membersih diri dan lain sebagainya, perut keroncongan. Kudu makan di luar. Uang dolar pun dipecahkan. « Kami hanya terima yang ini,  »kata petugas hotel tempat aku menukarkan dolar ke Libanon Lira. Maksudnya 100 dolar US  ditukar 148.000 LL.

Aku langsung menelusuri, jalan belakang hotel. Tepat di belakang Hotel ternyata ada Kantor Kedutaan Besar Palestina. Aku telusuri terus, jalan, lalu belok kanan ke arah jalankecil  yang menjorok ke arah laut. Tetapt di ujung jalan, ada toko dagingkambing, dan juga makanan dari daging yang sudah diolah, ada sate kambing dengan tusukan daging, hati, torpedo dan lain sebagainya. Ada juga daging gilingsudah dicampur bumbu dengan tusukan besi yang sama. Aku memilih ini, »isnin », dua  maksudku. Pesananku langsung diolah ke tempat pembakaran. Dalam sepuluh menit sudah diap dalam nalutan kebab lengkap dengan sayurannya. Saking besarnya aku cuma bisa menghabiskan satu dan menentengnya pulang ke hotel satu lagi.

Jalan menyusuri jalan menurun, sambil makan kacang macadamia dan almond panggang, seharga 4.000 Lira Liban. Daerah itu tampak crowded, tak beraturan ada bengkel, salon,  orang jualan barang kelontong, closet, besi-besi dan lain sebagainya. Di tiap toko tampak kalender sobek dengan foto pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah, dan tiap toko ada kotak sumbangan transparan bergambar sama.

Sebuah taksi sedang, lengkap dengan bendera kuning, bergambar senjata, bendera khas Hizbullah,  berteriak-teriak dengan speaker  di atas kap mobil. Rupanya, dia sedang menyiarkan acara rapat massa Hizbullah, esok hari, dengan pembicara tunggal pemimpinnya Sayyid Hassan Nasrullah, secara becanda kami sering menyebutnya Kang Acan. Teringat, cara zaman dulu tahun 1970-an, di Tenabang dan sekitarnya di jakarta, dan juga di kota-kota lain di Jawa, saat orang-orang mengiklankan bioskop yang akan tayang, dengan menyebarkan informasi dengan menyewa oplet atau bemo.

Di bawah jembatan layang, tampak mobil-mobil rusak teronggok. Sekitar 6 lelaki mengitari bakar-bakaran (tabunan).Siang udara dingin, kadang diselingi hujan. Aku terus menyusuri jalan yang menanjak dan menurun. Masuk ke kawasan agen-agen properti dan wastafel kelas atas. Lalu berjalan kembali menuju hotel menyusurijalan lurus.

Ada satu kawasan, dengan gerbang baliho bergambar pemimpin Hizbullah Hassan Nasrullah lengkap dengan bendera kuning. Di tempat lain ada baliho dengan gambar Imam Hussain saat syahid di Karbala, dengan muka dikaburkan. Sayangnya, BB, ku kehabisan batere alias lobet. Di tempat lain, sebuah iklan tertempel di tiang listrik, US,  Your Real American shop…. Secara sepintas Beirut ini memang kota beragam. Aku kembali ke Hotel saat gelap mulai membekap, dan udara dingin menghinggapi kulit dan tulang. Persiapan untuk konferensi besok pagi. (bagian 3)

Perjalanan : Palestina ! Kami Masih Mengingatmu

$
0
0


Palestina ! Dunia Masih Mengingatmu


Pukul delapan pagi, Palm Restoran masih sepi baru ada dua pengunjung. Berbagai jenis makanan berjejer, mulai dari berbagai sayur segar, sayur dan buah yang dimasamkan, lebih dari 10 jenis keju dari yang putihm agak kuning sampai kuning pekan, dua jenis yoghurt fat and low fat, ada juga seperti Yoghurt tapi lebih kental, liban namanya,  juga dua jenis, roti berbagai jenis, buah-buah, salad, manisan, smoke beef, chicken, fish, juice, dan berbagai makanan berkadar karbohidrat seperti kentang, nasi, sampai bubur (seperti havermut). Memang, Libanon itu kaya makanan. Dua pengunjung itu, belakangan saya tahu delegasi dari Iran. Setelah saya masuk, masuk pula pengacara asal Pulau Pinang Malaysia, Muhideen Abdul Kader. Kami satu meja, mengobrol campuran bahasa Inggris dan melayu.

Setengah sepuluh waktu setempat, ruang konferensi sudah ramai. Namun, panitia tampak belum siap. Kertas absen masuk belum ada, name tag juga baru datang sekitar jam 10-an, daftar acara dan lain sebagainya. Rupanya, mereka begadang menunggu tetamu dari berbagai negeri berdatangan ke sana. Tapi para peserta konferensi bertajuk « International Cenference : Palestine from Settlement to Violation of Human Rights, «  tampak sudah lebih siap. Hadir lebih dari 100 orang, dalam daftar lebih 70 negara hadir.

Ada 10 0rang berjejer di meja depan, antara lain : Ketua Panitia dari GNRD  (Global Network for Rights and Development), Dr.Loai Deeb, Ketua UANG OS (NGO Arab), Menteri Dalam Negeri Beirut, perwakilan dari Mesir, India, Norwegia, Rusia, Tunisia, Venezuela dan Brazil. Mereka semua berbicara di depan podium, bagi yang tidak berbahasa Arab dan Inggris didampingi penterjemah, seperti dari Venezuela yang berbahasa Spanyol dan delegasi yang berbahasa Rusia. Tentu saja, di kamar penterjemah ada translator berbahasa Arab dan Inggris. Beberapa orang berbahasa Arab yang tak berbicara di podium kadang-kadang menyela.

Usai, pembicaraan global, lalu peserta disodori pilihan minat grup diskusi yang akan diikuti. Antara lain : Criminal Responsibility for Human Rights Violations and International Prosecution, Al-Quds,  dan The Zionist Entity's Racism and the Right of Resistance.  Saya memilih yang pertama  disitu berkumpul para ahli hukum ada pengacara, hakim dan jaksa. Peserta dari Tunisia, Lebanon, Mesir, Norwegia, Malaysia dan Indonesia. Kelompok workshop ini dipimpin seorang hakim asal Mesir Muhammad Salah Abu Ragab.

 Diskusi berjalan seru, terutama peserta yang berbahasa Arab, mereka saling bantah saling potong, berebut ngomong bahkan tak memberikan yanglain bicara. Kami para peserta berbahasa Inggris dari Norwegia, Malaysia dan Indonesia, walaupun ada penterjemah, saling tersenyum melihat tingkah orang-orang Arab itu. Bahkan penterjemah dari Bahasa Arab ke Bahasa Inggris keteteran karena rebutan omong itu. Workhsop kelompok berakhir menjelang matahari terbenam, mungkin waktu magrib, karena saya tak mendengar suara azan dari corong masjid.


Aku kembali ke kamar, lelah menyergap dan penat melelapkan. Setelah tiga jam, aku terbangun Jam 10 malam. O, iya, itu malam minggu. (bagian 4)

Aksi Anti SBY di Jerman

$
0
0



http://www.watchindonesia.org/SBY_ind.3.13.htm

Berlin, 3 Maret 2013


Siaran Pers dan Seruan Aksi

Kunjungan Kenegaraan Presiden SBY di Jerman

Hubungan Bilateral Jerman-Indonesia harus mengutamakan kepentingan perbaikan masa depan
rakyat dan lingkungan hidup Indonesia, bukan semata-mata kepentingan ekonomi dan militer.


Presiden SBY, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dan beberapa pejabat pemerintah
Indonesia lainnya tiba di Jerman hari ini dalam rangka kunjungan kenegaraan. Selain
memenuhi undangan Presiden Jerman, Joachim Gauck, Presiden SBY dan delegasinya juga akan
menemui Kanselir Angela Merkel, Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle, dan Menteri
Perekonomian Philipp Rösler.

Pada tahun-tahun sebelumnya hubungan bilateral Jerman dan Indonesia cukup dingin dan tidak
terlalu baik. Hal ini diawali dengan kekecewaan Presiden Yudhoyono atas keputusan Uni
Eropa yang melarang maskapai penerbangan Garuda Indonesia terbang ke negara-negara Uni
Eropa karena isu standar keamanan. Selain itu, muncul juga kesan bahwa di kawasan Asia
Jerman lebih menitikberatkan kepentingan ekonominya di China, sementara Indonesia, sebagai
salah satu anggota G-20, hanya mendapatkan sedikit perhatian dari Jerman.

Lebih lanjut, dalam perjalanannya menuju Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen tahun
2009, Presiden SBY menyempatkan diri untuk melakukan kunjungan singkat di Jerman. Hasilnya
sangat mengecewakan: tidak ada satu pun media cetak Jerman yang memberitakan kunjungan
tersebut. Satu-satunya bukti kunjungan Presiden SBY adalah video konferensi pers dengan
Kanselir Merkel yang hanya dimuat di website kantor kanselir Jerman. Terlihat sangat jelas
bahwa masing-masing pihak tidak memiliki agenda untuk dibicarakan bersama.

Situasi lainnya adalah kunjungan Menlu Westerwelle ke Asia Tenggara di tahun 2011.
Pemerintah Indonesia secara mendadak membatalkan kunjungan Westerwelle. Sumber resmi
menyebutkan, pihak pemerintah Indonesia kesulitan menemukan jadwal.

Kebekuan hubungan tersebut berbalik beberapa bulan belakangan ini. Hubungan bilateral
kedua negara berangsur-angsur membaik dan bersemi kembali. Membaiknya hubungan tersebut
juga diperkuat dengan kesediaan pemerintah Jerman untuk menyetujui ekspor 103 tank Leopard
ke Indonesia melalui perusahaan Rheinmetall. Sebelumnya parlemen negara Belanda menolak
permintaan yang sama dari pemerintah Indonesia dengan alasan situasi hak asasi manusia di
Papua.

Bulan Juli 2012 Kanselir Angela Merkel berkunjung ke Jakarta dan menandatangani ‚Deklarasi
Jakarta‘, sebuah perjanjian bilateral mengenai kerja sama kedua negara. Berselang beberapa
bulan, tepatnya Januari 2013 Menteri Pembangunan Dirk Niebel melawat Indonesia. Sebulan
setelahnya Menlu Westerwelle juga datang ke Indonesia dan singgah di Solo dan Jakarta.
Kunjungan Westerwelle sayangnya harus dipersingkat karena wafatnya salah satu anggota
keluarganya.

Sampai saat ini belum ada informasi yang jelas mengenai agenda pertemuan para menteri dan
kepala negara di Berlin. Yang pasti kedua belah pihak akan memperdalam kerja sama yang
tertera dalam Deklarasi Jakarta, khususnya mengenai jual-beli senjata dan juga rencana
dukungan Jerman untuk memperkuat dan mempersiapkan pasukan militer Indonesia menjadi
pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


Watch Indonesia! menyambut baik meningkatnya hubungan bilateral kedua negara. Namun, kami
mendesak agar hubungan tersebut menempatkan perbaikan masa depan rakyat dan lingkungan
hidup di Indonesia sebagai yang utama, BUKAN semata-mata kepentingan ekonomi dan militer.


Kunjungan kenegaraan ini juga bertepatan dengan pembukaan bursa pariwisata Internasional
(ITB) yang juga merupakan pameran pariwisata terbesar dunia. Indonesia sebagai negara
mitra resmi mendapatkan aula sendiri dan mempresentasikan pariwisata Indonesia melalui
motto 'Wonderful Indonesia'. Kabarnya, Provinsi Papua dan Papua Barat, yang ditutup untuk
wartawan asing dan organisasi internasional, akan ditampilkan secara khusus dalam
perhelatan ini.


Watch Indonesia! secara tegas mendukung meningkatnya kunjungan dan perjalanan ke
Indonesia, khususnya ke Papua dan Papua Barat. Kami sangat mendukung sebanyak mungkin
wisatawan berkunjung ke Indonesia. Wisatawan yang melihat situasi di sana secara kritis
dan juga yang secara positif berkontribusi pada pembangunan di Indonesia.


Kami sangat mengerti bahwa dalam pameran semacam ini setiap negara berusaha menunjukkan
sisi terbaiknya. Tetapi menurut kami adalah sebuah kebutuhan untuk menunjukkan kepada
kepala negara Jerman bahwa masih banyak kesalahan dan kelemahan dari negara mitranya.

Berbeda dari kepentingan politik pemerintah Jerman dan kepentingan komersil perusahaan dan
negara peserta ITB, Watch Indonesia mengutamakan perhatiannya untuk rakyat dan lingkungan
hidup di Indonesia.


Sehubungan dengan itu kami mengundang Bapak/Ibu/Kawan-Kawan sekalian bertepatan dengan
upacara pembukaan ITB pada hari Selasa tanggal 5 Maret 2013 mulai pukul 17.00 untuk
mengunjungi pameran 'Watch Indonesia! Tour and Travel' di depan pintu masuk utama ICC
Berlin. Kami menawarkan Bapak/Ibu/Kawan-Kawan sekalian tujuan perjalanan alternatif
beserta paket-paket wisatanya, yang Bapak/Ibu/Kawan-Kawan sekalian tidak akan temui di
dalam aula pameran ITB.

Hubungi kami:
Alex Flor:  Tel. +49 30 – 69817938, HP +49 160 – 92800679
Basilisa Dengen:  Tel. +49 30 – 6981793, HP +49 176 – 35457871

Bercengkerama dengan Julian dari Venezuela

$
0
0


Today Wedding Day at Beirut


Air hangat mengguyur tubuh, sueger rasanya, mata langsung mencrang. Usai mandi aku keluar kamar, mau jalan, waktu sudah jam 11 malam. Akhirnya, nongkrong di lobby hotel. Wow, ternyata banyak orang lalu lalang, tua muda, mereka berdandan ala barat. Bahkan banyak diantaranya perempuan dengan rok di atas dengkul. Orang lalu lalang hingga lewat tengah malam.

 Di depan hotel sebuah mobil putih limosine sepanjang 15 meter lewat, itu mobil penganten. Aku yang sedang bercengkerama dengan delegasi Venezuela, Julian  Rivas, menggeleng-geleng kepala. “Beirut memang hebat,”kata berkomentar singkat.

Tampak juga beberapa lelaki, tampaknya “kriting”, hadir di acara perkawinan. Mungkin mereka itu penata mode  acara perkawinan itu. Acara tersebut juga dijadikan sebagai ajang unjuk model.  Aku terus bercengkerama dan berbagi cerita dengan Julian, hingga jam 4 pagi. Bekas duta besar Venezuela itu ternyata pernah sau tahun bertugas di Jakarta. “Saya tinggal di kawasan Kuningan,”katanya. Kadang dia jugamenginap di Hotel Kartika Chandra. “Karena kantor saya tak jauh dari situ di Gedung Menara Mulia,”ujarnya sambil senyum-senyum mengingat kenangan akan Jakarta. ”Jakarta…Jakarta …Hmmm…memang menarik,”katanya

Dia bercerita soal hubungan Indonesia-Venezuela, soal Hugo Chavez,  dan perlunya negara-negara belajar dari Iran. “Bukan belajar agamanya, tapi semangatnya pada rakyat dan melawan hegemoni, Barat yang dipimpin Amerika Serikat,”kata Julian yang mengaku penganut Khatolik taat. Lalu juga bantuan Venezuela pada Palestina. “Kita harus bangun kebersamaan, Palestina harus didukung menjadi negara merdeka, “katanya. Kami lalu berpisah, dari ruang bisnis centre hotel itu, setelah dia sempat membuka-buka situs BeritaProtes.com.

Di negaranya, Julian yang mengaku bekas Jurnalis itu, kini dikenal sebagai pengamat internasional terutama yang menyangkut Timur Tengah. Dia menunjukkan beberapa rekanan televisi di negara asalnya, yang sudah diupload di youtube.  Bukan hanya orang Beirut yang kawin hari ini, bagi saya dan Julian hari itu juga bagai “hari perkawinan” kami membangun keakraban. “Tahun ini kamu harus berkunjung ke Caracas,”katanya. Maksudnya ibukota Venezuela. (bagian 4)

Kolom Sableng Pipit : Partai Demokrat

$
0
0


Merdeka.com, Jumat, 1 Maret 2013

http://www.merdeka.com/khas/partai-demokrat-ular-virgo-jejadiannya-monas-kolom-sableng.html


Kolom Sableng

Partai Demokrat, Ular Virgo jejadiannya Monas
Penulis : Pipit Kartawidjaja


Menggilalah karir Partai Demokrat (PD) itu: dari 55 kursi DPR 2004-09 jadi 148 kursi DPR
2009-14. Cuma, nomor buntut KPU 7 berarti keberutungan masa silam, bisik Engkong Fengshui.
Alias kebuntungan masa depan.

PD lahir 9 September 2001, Minggu Pon, berwuku Julungwangi, bosnya Bethara Sambo. PD
jejadiannya SBY, berwuku Bala, dinaungi Bethari Durga, menyeramkan. Biar begitu, karir PD
itu juga buah kecocokan SBY-Jusuf Kalla. Bethara Kala itu, sangar menakutkan, dalam
Wisanggeninya RA Kosasih, lakinya Bethari Durga. Buat pemilu 2014, PD tergantung pula pada
kinerja SBY-Boediono. Bila 2004-09 klop, maka SBY-Boediono beda nasib. Boediono, lahir 25
Februari 1943, Kemis Pahing, berwuku Mandhasiya, bosnya Bethara Brama, pikirannya bikin
miris, nyenturi. Angka primer 5 SBY itu non-jodohnya angkanya Boediono 8. Nasib partai
penguasa gak sama. Dalam parlementarisme Jerman, 15 pos menteri dibagi sesuai perimbangan
kekuatan di Bundestag (DPR). Partai sebagai pemutus menyatu sama kanselir yang gak berhak
berprerogatif.

Dalam presidencialismo de coalizao Brasil, harus ngawinin legislativo, Presidente berhak
berprerogativo. Partidonya acap peyot. Misalnya partido de oposicao PSD dapet lima pos
kabinet, tapi partido Presidente Vargas PTB, cuma satu. Presidente leluasa bermain ganda
sebab kemandiriannya, tanpa mesti manungaling partidonya.

Presiden RI harus memadu DPR. Dari 34 menteri kabinet Indonesia Bersatu II, 61 persen asal
partai. Alokasi pos menteri beda dari perbandingan otot di DPR. Cabinet Coalescence Rate
jeblok, ngutip Amorim Neto. Non-partai persuasifan kooptasi non-parlemen posisi tawarnya
SBY, juga preventifan terhadap patukan ular virgo.

Kaum federalis AS akur, pengancam check and balances itu legislatif. Bantahan kubu
parlementarisme Britania, eksekutif asalnya petaka. Maka, partai perlu, guna mediatorin
kedua lembaga. Idealnya presidensialisme itu kesalingmandirian legislatif dan eksekutif,
sedang parlementerisme kebalikannya. Maka, perkara presidencialismo de coalizao sukarlah
duduknya.

Sebetulnya, wuku-shio-bintang PD ciamik. Bergelar ular virgo nan baik hati. Kata wetonnya,
PD punya pesona daya tarik. Maka, di PD Angelina berlena, merana pas KPK tersondang, dibui
akhirnya ngandang. Ujar wukunya, PD buruk buat cari nafkah. Kloplah, jika PD
berNazaruddinan, rilisan Seskab.

Kata wetonnya, pikiran PD kerap nyleneh. Bila publik ngebet kemujuran, Andi malang kok
dimenterikan. Tak putus dirundung malang, hamba ada belang dikira menghambalang. Desis
shionya, PD ucapannya logis, enak didengar dan berhumor tinggi. Maka, Ruhut Sitompul
tinggal Lulut Situmpul.

Bukan nomor buntut dan klenik, ujar Anas pas ngebut nomor 7. Alias haram diramal. Anas
asal Blitar, daerahnya raja berkepala macan dan sakti, Singabarong. Sesuai asap kemenyan,
angka 7 bermakna nujum. Pemiliknya berspiritual kuat. Agaknya, Anas itu Baron
Singaningrum, berilmu linuwih, bahkan bisa bolak-balik mati kata Akbar Tandjung macam Cak
Rahwana, tahu benar gaibnya nomor 7.

Angka 7 itu bintang kekerasan dan perampokan, bisik Engkong Fengshui. Kloplah klenikan
Anas soal Gantung Anas di Monas. 7 Februari 2013, Kamis Pahing, berwatak bila kesenggol
nakutin marahnya, nasib Anas dibikin nggantung oleh Monsignore Cikeas lewat nabok nyilih
tangan KPK dan ngobok nyirep tangan Anas.

Bos Partai Demokrat Bebas Jerman (FDP) , Phillip Roesler, beda nasib. FDP itu mitranya PD.
Ujar survei Juni 2012 s/d 19 Januari 2013, elektibiltas FDP, koalisinya penguasa, tiarap
4-5, dibanding 14,6 persen pemilu nasional 2009.

Ngadepin pemilu September 2013, badai internal ngebet nyirep Roesler. Mujur, FDP gak punya
Dewan Pembina. Sesuai asas demokrasi, organ tertinggi ya rapat anggota. Dalam pemilu DPRD
provinsi Niedersachsen 20 Januari lalu, terpisah dari pemilu nasional, FDP meraup 9,9
persen suara. Roeslerpun ngakak.

Nasib PD bak ular kena palu gadoan akademik survei-survei. Sas-susnya, para dedengkot PD
nyengkuni, agar Monas nyihir. Padahal, Mbah Sujiwo Tejo dalam majalah akaldemit Misteri
520/2011 meraba, kala pertengahan 2011 truk bernomor B 9949 AU terjungkal di jalan tol.
Pertanda gaib SBY kedepak. Tanggal 9 bulan 9 tahun 49 itu kelahirannya. AU ya Anas
Urbaningrum.

Menolak apesnya kelahiran PD, sesajennya nasi kebuli berlauk ayam merah. Juga mesti
dipaktaintegritaskan, nasi dang-dangan, lauknya ayam barumbun dipindang, kuluban 9 macam,
selaku sesajen deklarasi 17 Oktober 2002, Kamis Legi, wuku Gumbreg. Sebab, biar wuku
Gumbreg elok buat berbesanan, tapi nomor 8 (PAN) salah jodoh.

Selain sesajen-sesajen tersebut, perlu didewanpertimbangankan sesajenan penangkis lembar
pertama, kedua, ketiga dan keterusannya. Biar Ibas cabut ber-DPR demi fokusi PD contohnya,
tapi Ibas titisan kerajaan angker Wengker, berwuku Kurantil, niatnya acap kelibas.

Kemudian, kenaasan PD yang dimadu laknat wuku-shio-bintang SBY: gak bisa mempermak apapun
dan apa yang dilakukan selalu merusaknya minta ampun.

Agaknya lantaran miris PD ludes digado, 15 Februari lalu, tanpa sesajen, SBY lantas
menggolkar (golakkan karma) Lapindo. Mungkin gaibnya Lumpurkan Atraksi Presidenan Ical
Ningrat Dagelan Ompolannya.

Terus, wajiblah sesajen nabok nyilih tangannya suratan weton hari apkirnya bayi haram,
Sabtu pon 23 Februari 2013. Karena sengkuniannya: clometannya lembut di depan, di belakang
dan belakangan panas.

At last but not least, mutlaknya sesajennya ojo sumeh.

Kolom Sableng : PAN

$
0
0


Merdeka.com, 08 Maret 2013

http://www.merdeka.com/khas/pan-macan-virgo-ho-ji-un-mujur-kolom-sableng.html


Kolom Sableng


PAN, macan Virgo ho-ji-un (Mujur)

Penulis: Pipit Kartawidjaja


Lahir 23 Agustus 1998, Minggu Kliwon, Partai Amanat Nasional (PAN) itu Macan Virgo
Ho-ji-un (mujur), keturutan semua harapannya: sandang, pangan dan papan. Cocoklah nomor
buntut KPU 8. Persisnya dela-PAN, cuapan Sekjen PAN Taufik Kurniawan. Oskepannya Engkong
Fengsui chia-hwe (cantik): bintang pesugihan bawa hoki. Wajarlah, tiga pekan berdela-PAN,
nomor 6 kelayapan ke PAN. 6 itu jodohnya 8.

Sebagai partai papan tengah, biar mesti ganti papan usai karapan merajaperkasakan Hatta
2010, PAN acap mujur. Pemilu DPR 2004 misalnya, suara 7,3 juta, raupan 53 kursi.
Sebaliknya PKB, 12 juta suara, kursi cuma 52. Pasti, PAN berpesugihan malapportionment
(perbedaan keterwakilan penduduk dan besaran dapil).

Karenanya, 40 dari 175 kursi Folketing (DPR Denmark) umpamanya, gak dikarapankan, tapi
dipakai buat memproporsionalkan hasil pemilu.

Juga di 2009, bercara penghitungan suara kontroversial itu. Tahap I, kursi santapannya
suara berBPP (Bilangan Pembagi Pemilih) dapil. Tahap II, sisa kursi disetor secara
berurutan bagi yang bersuara sama atau lebih 50 persen BPP, yang setali tiga uangnya
metoda divisornya Jefferson/d´Hondt. Tahap III, jika suara masih bersisa, diangkut ke
provinsi, disatukan dengan sisa suara dapil-dapil provinsi tersebut. Sisa suara tahap III
ini yang
bersoal.

Berkat tahap III, PAN nadah tilepan 4 kursi dari dapil Jakarta 1, Banten 2, Kalsel 1 dan
NTT 1, hasil sulapan MK, nekuk ketetapan KPU. MK misalnya, menggabungkan sisa suara dapil
Jakarta 2 dan 3 yang kursinya ludes terbagi dengan sisa suara dapil Jakarta 1 yang bersisa
satu kursi. Alhasil, sisa suara PAN jadi terbanyak, berhak atas sisa kursi Jakarta 1.
Agung Laksono contohnya, cuma merem-melek batal manggung.

Entah di kuburan mana MK ngalap wangsit. Azas metoda kuota largest remaindernya
Hamilton/Hare dilanggar. Sisa suara selalu dalam sekapan sisa kursi. Jika kursi habis
dibagi dalam satu dapil, maka ludes pula sisa suara.

Walau kerap memperoleh rejeki, tokh ucapan wetonnya, suka ceroboh memilih pangan. Bukan
pribadi punya sayur lodeh, namun sandang, pangan dan papan negara di-waode. Hasilnya,
peringkat keenam liga tilepan 2012 rilisan Seskab.

Sadapan asap kemenyan: selain sukses duniawi, 8 berarti kesedihan. Rantapan Waketum PAN,
Dradjad Wibowo, PAN jadi korban kutu loncat. Mau nyetopnya seperti usulan PAN? Ucapan
wukunya Watugunung, bosnya Bethara Anataboga, PAN buruk bikin pagar halaman.

Dalam sistem kepartaian gak melembaga, antara lain lewat kedipan Indeks Volatilitas,
proporsional daftar terbuka suara, apalagi terbanyak, dituding bikin gelagapan, kayak di
presidencialismo de coalizao Brazil. Pemilu legislativonya berongkos tinggi sarat korupsi,
diledek sebagai karnaval, sirkus dan titipan. Misalnya dalam pemilu Camara dos Deputados
(DPR) 2010, raupan artis kondang Tiririca, 1,35 juta alias 18,5 persen suara partainya,
Partido da Republica. Berkatnya, caleg sekutu kecut suara bisa nebeng ber-DPR, sedang
caleg saingan bersuara lebih banyak urung, sebab porsi kursi parpolnya habis. Kebekenanpun
dimanfaatkan di pemilu DUMA (DPR Rusia) pra 2007.

Tahun 1994 tercatat 22,61 persen kutu Camara dos Deputados terang-terangan loncat.
Bermasalah yang diam-diam macam Presidente Lula 2005. Agar governo didukung legislativo,
dimainkanlah PAN (Pendayagunagunaan Angpow Negara) buat suapannya oposicao.

Lantaran proporcional de lista aberta (proporsional daftar terbuka) suara terbanyak
dibiangkeladikan, maka Maret 2011, dimapankan satu komisi di DPR dan satu di Senat. Tugas
antara lainnya, penggarapan sistem pemilu demi penguatan sistem kepartidoan. Opsi kuatnya,
proporcional de Lista Fechada (proporsional daftar tetap/tertutup) dan Distrital Misto
(sistem campuran).

Alasan Rusia berproporsional daftar tetap/tertutup sejak pemilu DUMA 2007 itu penguatan
sistem kepartaian dan pembasmian PAN akibat tingginya amplopan pencalegan sistem
mayoritannya (per dapil setengah juta USD, ujar Wladimir Schirinowski, wakil ketua DUMA).
Gelagatnya, penguatan sistem kepartaian gak klop sama suara terbanyak.

Maka, PAN mesti rela dikutuloncatin. Usapan wukunya, sering berkenestapaan karena ulahnya
sendiri dan beraral dianiaya. Bukankah proporsional daftar terbuka suara terbanyak itu
favoritnya PAN selaku Partai Artis Nasional, yang kepengapan sama lalapan wandahamidahan?

Buat 2014, kemelut PerKeSapian jadi sedapannya PAN, begitu kecupan pengamat. Yang bikin
gelagapan justru dekapan laknat wukunya. Meski baik buat berbesanan, nomor 7 itu
non-jodohnya, kendati logo keduanya ada birunya. Terharu biru pula oleh luapan Raja PAN,
berkutu loncat gelap-gelapan, akibat membiru lebamnya sang menantu Sekjen Demokrat,
teraniaya oleh uapan ihwal keselipan tilepan sengkunian Hambalang: "Itu
fitnah, tidak betul!".

Guna bebas sial selamat aniaya, perlu dikedepankan sergapan sesajen kupat dan juadah,
pangan berbagai rasa: manis, asin, asam, sepet, pedas dan pahit. Kesurupan daging sapi
bagusnya dijauhi, agar gegapan dua digit di 2014 bukan isapan jempolan. <>

Sampai Ketemu di Tunisia

$
0
0


Kesimpulan Konferensi

Walau baru bisa tidur lagi sekitar jam enam pagi, jam 7 saya sudah bangun. Mandi air hangat, lalu menuju restoran buat sarapan. Kali ini saya adalah orang pertama yang tiba di Palm Restoran. Memang sejak malam, perut keroncongan.

Orang kedua yang datang, pengacara asal Malaysia Moehideen. Ndilalah rombongan ketiga, dua orang delegasi asal Iran, ternyata salah satunya bisa bahasa Inggris. “Mereka mau pulang hari ini, sebelum konferensi selesai,”ujar Moehideen kepadaku.

Semua pemimpin kelompok diskusi memaparkan kesimpulan hasil diskusi. Lalu meminta tanggapan peserta. Para peserta berbahasa Arab, seperti dalam diskusi kelompok, mereka saling berebut bicara. Bahkan ada yang punya suara keras, tak menggunakan mike. Para penterjemah rpotes, karena merraka tak bisa melakukan tugasnya. Jika tanpa mike mereka tak bisa mendengar, apa yang mereka katakan.

Usai pemaparan kesimpulan dan berbagai tanggapan itu. Saatnya rapat tim perumus. Lalu mereka berembuk merumuskan semua hasil konferensi. Setelah tiga jam rembukan, kami dipanggil lagi untuk masuk, mendengarkan kesimpulan.  “Maf, baru tersedia kesimpulan dalam bahasa Arab,”ujar Vida Warde sambil membagkan kertas kesimpulan berbahasa Arab. “Nanti yang bahasa Inggris, kami kirim lewat email,”ujarnya.


Inilah hasil kesimpulan dalam bahasa Inggris yang dikirimkan panitia konferensi, yang baru diterima ku dua hari lalu.
Arab Nation League
&
Global Network for Rights and Development
Palestine from Settlement to Violation of Human Rights

The most important recommendations of the "Criminal Responsibility for Human Rights Violations and International Prosecution" workshop

1. Urging the Palestinian Authority to compose and form a team of legal experts specialized in international law to discuss the entry of Palestine to the Rome Statute, besides thoroughly examining this judicial institution and the extent to which it can achieve the Arab Palestinian people's rights and interests in addition to the prosecution of the Zionist entity's war criminals.

2. The creation of a Palestinian specialized prosecution whose mission is to investigate and document the Zionist entity's crimes and violations against the Arab Palestinian people and usurping their land, and to provide the international community with the forensic evidence.

3. Training Arab and Palestinian cadres specialized in documenting the Zionist entity's crimes and violations, through a training center equipped with the latest scientific technologies in the field of war crimes' documentation.

4. To benefit from the principle of Universal Jurisdiction via activating criminal proceedings in the countries that have adopted this principle against the leaders of the Zionist entity to prosecute them for their practices and actions that are contrary to the international humanitarian law and international criminal law.

5. To constantly work within the UN General Assembly to try to pass a resolution establishing a legal tribunal of international character (mixed) like the Sierra Leone Tribunal and the Special Criminal Tribunal for Lebanon to examine the crimes committed in the Palestinian occupied territories.

6. Activating the principle of recourse to the Prosecutor of the International Criminal Court (ICC) through the provision of the perpetrated crimes together with evidence and documents so that he would activate criminal proceedings against the Zionist entity's leaders before the ICC pursuant to Article 15 of its statute.

7. Heading to the International Court of Justice to issue a resolution condemning the Zionist entity's violations pursuant to the Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide (1948), as was the case in 1993 in the Republic of Bosnia when the latter filed, based on the said Convention, a complaint against the Republic of Serbia on charges of committing genocide against the Bosnian people.

8. Urging the Arab states to amend their criminal legislations to allow for activating the introduction of the Universal Jurisdiction principle, thus making it possible to prosecute the perpetrators of international crimes, including the Zionists criminals.

9. To activate complaints and petitions relating to condemnation and prosecution of the Zionist entity for violating the international commitments and agreements it has signed (crimes of racial discrimination, the building of the wall, water theft, violation of the Four Geneva Conventions).

dan
Arab Nation League
&
Global Network for Rights and Development
Palestine from Settlement to Violation of Human Rights

Concluding Statement

Beirut 02/17/2013

At this delicate stage of the life of the nation and amidst an Arab and international scene that represents a cover supporting the Zionist project, as the Arab peaceful popular mobility has been robbed in favor of forces belonging to the US-Western strategy which aims to support the Zionist entity and stand against the resistance in all its forms, where the Arab and Palestinian resistance forces emerge strongly now in their war against the Zionist occupying entity, the Arab satellite regimes and the imperialist hegemony, as a glimmer of the historic hope to recover rights and the return of its owners to their historical land from the river to the sea,

Thus, came this initiative to hold this nationalist legal event in defense of the Arab right in Palestine, where several Arab and international non-governmental organizations and legal experts gathered in Beirut on February 16 and 17, 2013, at the invitation of the Arab Nation's League and the International Network for Rights and Development, to hold an international conference on Palestine under the title of: Palestine from Settlement to Racism and Human Rights Violations.

The conference was launched with an opening session that was attended by representatives of non-governmental organizations from four continents along with the conference organizers and the host country. The Conferees adopted a resolution to launch the march of "Legal Resistance".

Then, the congress held a first general session under the title of "the Zionist Entity and the Extent of its Legitimacy in light of International Law" in which several general studies were discussed before the conference turned into workshops on:

A. Al-Quds

B. The Zionist Entity's Racism and the Right of Resistance

C. Criminal Liability for Human Rights' Violations of and International Prosecution

The workshops endorsed many resolutions and recommendations that were adopted by the Conference in its final plenary session, including:

1. To internationally prosecute all the institutions and companies that support the Zionist entity; and to popularly pressure the governments supporting the Zionist colonial project to change their position or to boycott these governments economically and politically.

2. Emphasizing the Arab Palestinian identity as a weapon of cultural resistance in the confrontation against Judaization and robbery of the Palestinian heritage.

3. The necessity of adopting an international project that responds to the challenge reflected by the international judicial system as for concurrent jurisdiction, standardized terminology, and issues of forced displacement.

4. Specialized training in the collection of legal evidence and documents proving Arab rights in Palestine through identifying the circles of physical and oral reference and evidence.

5. Organizing a conference to follow up the issue of legal resistance after two months in commemoration of the twenty-fifth anniversary of the assassination of Martyr-Leader Abu Jihad, as an activation of the UN Security Council's Resolution 611 of 1988, which condemned the Zionist entity's crime of aggression, political assassination, and violation of the United Nations' Charter.

6. To work on the revision of the Zionist entity's UN membership due to its constant breach of the UN Charter and its boycott of the Human Rights Council.

7. To take the initiative of establishing popular Arab and international courts in many countries to bring to justice the perpetrators of war crimes and crimes against humanity both Zionist individuals and bodies within or outside the occupied territories.

8. Emphasizing the Arab Islamic and Christian right in properties in and around al-Quds through restoring consideration to Endowments in Palestine and the Palestinian heritage preservation associations.

9. Training Arab and Palestinian rights cadres specialized in documenting Zionist crimes and violations, equipped with the latest scientific technologies in the field of war crimes' documentation, besides creating judicial bodies to investigate these aggressions.

10. To have recourse to the International Court of Justice to issue a resolution condemning the Zionist entity's violations on the basis of the Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide.

11. Restoring consideration to the UN General Assembly's Resolution 3347 which regards Zionism as a form of racism.

12. Working on establishing the culture of resistance in the agenda and slogans of the Arab mobility.
Finally, the conferees adopted the call for holding an international conference to follow up and activate the legal resistance proceedings in accordance with international humanitarian law and international criminal law.

Intinya, harus ada tokoh dari Israel yang diseret ke Mahkamah Pidana Internasional, karena kejahatan terhadap kemanusiaan, terutama terthadap rakyat Palestina.

“Sampai ketemu pada pertemuan berikutnya di Tunisia,”kata Vida Warde. Insya Allah. (AT)


Lawan SBY di Berlin : Tawaran Lain Parawisata Indonesia

$
0
0

Deutsche Welle, 6 Maret 2013


http://dw.de/p/17rSN


Tawaran Utuh Pariwisata Indonesia?

oleh Andy Budiman


Pariwisata adalah sektor penting ekonomi Indonesia yang 2012 tumbuh 6,3 persen, tertinggi di dunia hanya dikalahkan Cina. Industri pariwisata memberi kontribusi 4 persen PDB dan menampung sekitar 8,5 juta tenaga kerja.

Bagi Indonesia, pariwisata memberi kontribusi signifikan. Pemasukan dari sektor ini mengalahkan nilai ekspor pakaian jadi, barang elektronik, tekstil dan kertas. Setiap tahun jumlah turis asing yang datang ke Indonesia terus bertambah. 2012 jumlahnya  mencapai 8 juta, naik dari 7,6 juta wisatawan pada tahun 2011. Tahun ini, Indonesia menetapkan target ambisius untuk memikat 9 juta turis.

Tapi pameran pariwisata ITB Berlin tak hanya menampilkan wajah Indonesia yang indah. Sebelum malam pembukaan, Watch Indonesia, sebuah LSM Jerman menggelar poster di depan pintu masuk pameran ITB. Gambar Indonesia yang hijau dan sering dipakai kampanye pariwisata, disandingkan dengan hutan-hutan yang mulai gundul.

"Di sini (ITB-red) kita melihat Indonesia yang menjual keindahan alam, hutan tropis yang masih utuh dan menjadi tempat tinggal orang utan. Padahal faktanya, itu hanyalah sebagian kecil yang masih tersisa, sebab banyak hutan telah ditebang habis dan orang utan tak bisa lagi tinggal di sana," kata Koordinator Watch Indonesia Alex Flor kepada Deutsche Welle.

"Yang dijual di pameran ini adalah sebuah taman safari yang luasnya terbatas. Orang barat harus tahu, ada banyak hal yang sudah berubah di Indonesia," kata Flor.

Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang paling memiliki keanekaragaman hayati di dunia. Ironisnya, negara dengan percepatan kerusakan lingkungan dan laju deforestasi tertinggi di dunia, terjadi di Indonesia. Pemerintah Indonesia mencatat hingga 2006, setiap tahun lebih 1 juta hektar hutan
berkurang akibat penebangan liar, perluasan perkebunan sawit dan penambangan di wilayah
hutan lindung. Terakhir angka itu turun menjadi 500 ribu hektar per tahun.


Indonesia Tidak Lagi Seperti Dulu







Tak hanya alam yang rusak, masyarakat juga mulai berubah. Syafiq Hasyim, Ketua Rois Syuriah atau Dewan Penasihat Pengurus Cabang Istimewa Nahdatul Ulama di Jerman, sedang merampungkan studi doktoral tentang Islam Indonesia di Freie Universität Berlin. Ia cemas karena 10 tahun terakhir masyarakat Indonesia semakin tidak toleran, dibanding yang dulu sering dipandang oleh barat.

"Kalau satu atau dua tahun mendatang intoleransi tidak menurun, maka Indonesia tak layak lagi disebut negara toleran," kata Syafiq kepada DW. Ditambahkannya, "Publik Eropa dan dunia tidak bodoh, jika yang dijual dalam pameran ITB tidak sesuai kenyataan, maka jualan itu tidak akan ada nilainya."

Pekan lalu, organisasi HAM Human Rights Watch menyerukan agar masyarakat internasional berhenti memberi contoh Indonesia sebagai negara yang toleran dan membeberkan data terkait meningkatnya kekerasan sektarian di Indonesia. Menyebut Indonesia sebagai negara toleran, tidak akan mendukung Indonesia untuk melakukan perubahan menangani masalah intoleransi, demikian Human Rights Watch.

Sebuah peristiwa sempat terjadi di depan mata DW, saat seorang pria berbadan tegap dengan  rambut cepak menghampiri Alex Flor dengan nada mengancam: "Hati-hati, saya tahu siapa anda. Jangan macam-macam".
Laki-laki berjas rapi itu kemudian pergi dan menghilang.

Tapi Alex Flor tak peduli. Ia berharap, ITB akan membuat dunia lebih melihat Indonesia. "Mudah-mudahan para turis yang datang menjalin kontak langsung dengan masyarakat Indonesia, agar mereka melihat langsung persoalan yang sedang terjadi," pungkas Koordinator LSM Watch Indonesia, Alex Flor. <>

Kolom Sableng : Partai Gerindra

$
0
0


merdeka.com, 21.2.2013

http://www.merdeka.com/khas/partai-gerindra-tikus-yang-lihai-kolom-sableng.html

Kolom Sableng

Partai Gerindra, tikus yang lihai


Penulis : Pipit Kartawidjaja

Asmara tiga artis papan atas itu terculik, lalu ngejar-ngejar ke kompleks DPR. Bersoal-jawab ihwal pendaftaran pemilu legislatif Partai Gerindra itu tawar mawar (hambar) adanya. „Ujung-ujungnya nanya Pak Prabowo,“ tutur Martin Hutabarat, anggota Dewan Pembina Gerindra.

Prabowo, duda keren, tajir (kaya raya) dan capres pula. Gerindra lekat sama figur Prabowo. Mungkin, akibat gemesnya ketiga artis itu, Gerindra terbirahi jadi gerahannya ngelindurin asmara. Diduga, hati Prabowo hendak diculik demi penggairahan tawar-mawarnya kehidupan selebritas.

Gerindra, lahir tanggal 6 Februari 2008, Rebo Wage, wuku Langkir, dinaungi Bethara Kala, beraura panas dan gak bisa dijadikan tempat berlindung. Meski hari lahirnya buruk, tapi Bethara Kala pasti ngeper duel sama Permadi.

Tikus Aquarius, tikus pandai, adalah shio dan bintangnya Gerindra. Bukan saja Perangkap Tikus (PT) enteng diselinapi, namun perestu PT pun tergerogot. Alih-alih gembrot seperti khayalan, porsi Partai Golkar dan PDI-P keporot. Dalam pilgub Jokowi-Ahok, PDI-P merasa ditunggangi. Kapoklah berkongkalikong sama Gerindra, gemas Taufik Kiemas.

Bejibunnya partai di Indonesia dinilai kebangeten. Karena syarat nyapres harus via partai, maka Gerindra itu sihiran gerobak individu dadi raja. Coba jika capres boleh independen atau bisa diusulkan kepada satu partai, walau parpol tersebut sudah bercapres, atau satu partai diizinkan bercapres banyak.

Contohnya di Argentina. Primaries harus diselenggarakan. Setiap pencoblos pemilu, boleh nentuin capresnya. Dari partai penguasa, Partido Justicialistica, sekaligus terjun tiga capres ke arena primaria, Agustus 2011: Eduardo Duhalde, Alberto Rodriguez Saa dan Cristina Fernandez de Kirchner. Uniknya, koalisi mereka berbeda. Eduardo dengan Union Popular dan Frente Popular, Alberto sama Compromiso Federal, Cristina ngajak Frente Para la Victoria. Hasilnya, Senora Cristina mresidente, Oktober 2011. Primaria itu bak pilpres putaran pertama.

Atau primaria Uruguay Juli 2009. Capres partai koalisi Encuentro Progresista/Frente Amplio dan Partido Colorado masing masing tiga, sedangkan Partido Nacional dua.

Lolosnya tikus lihai dari Perangkap Tikus, agaknya ulah laknat wuku Golkar juga: banyak
memperoleh kesialan. Wajar, Ical harus ngumpetin sembilunya yang diiris. Ical mencontohkan
Gerindra yang dipimpin bekas orang Golkar, Prabowo. „Golkar itu berlapis, seluruh partai  pimpinannya orang Golkar,“ katanya bangga menyajikan kue lapis. Seolah, pelet pengasihan
Pedot Sambung Kasih dibidikkan ke Prabowo, mengingatkan kampung halamannya. Sebagai bangsa
berperadaban besar, tak eloklah, tuba dibalas dengan lumpur.

Tikus cerdik ini agresif, namun berpenampilan senantiasa mengesankan dan meyakinkan. Sebab
murah rejeki, maka senang pula berbagi. Begitu men-DPR, dicanangkanlah revolusi susu
(pembagian susu untuk balita).

Setahun kemudian, paranormal Magelang, Muhammad Salim, dalam majalah mistis Misteri No.
503/2010, mendeteksi kehadiran ribuan setan putih, maujud manusia dan hewan. Selain sapi
impor. Pasangan revolusi putih dengan setan putih ini mengingatkan kepada sejoliannya
revolusi belum kelar dengan tujuh setan desa pra Orde Barusan. Bisa jadi, revolusi putih
dan setan putih itu pertanda gaib akan pecahnya revolusi sosial ramalannya Permadi dalam
Misteri No. 503/2010.

Gerakan Indonesia Raya itu macam Movimiento Quinta Republica (Gerakan Republik Kelima)
Venezuela akhir 1980-an, rakitan Hugo Rafael Chavez. Gembongnya: letkol berkocek sepet dan
letjen tebel dompet. Sang Letkol pernah terkorslet ngudeta. Sangkaan korslet mau makar
membebani sang Letjen. Ke langit, sang Letkol titisan Simon Bolivar ada nyantet, pembentukan Quinta Republica jadi target. Sang Letjen, kata Permadi Sukarno kecil, menyuruk ke kaki langit, agar gelora raya terpelet.

Tikus pintar ini tergolong bersih. Gak bertikus gudang, rilis Seskab. Maka, rejekinya ya nomor buntut KPU enam. Bintang surga, idamannya Engkong Fengshui. Berarti emas, kemujuran dan tajir. Kepulannya kemenyan: enam angka sempurna. Berparas menawan, lihai bertabiat, mudah bergaul dibanding angka-angka lainnya, anti kegagalan dan pantang menyerah.

Biar angka kemujuran, toh bisa memudar, kalau muncul sendirian. Dan bagai diculik lelembut
pemilu, enam lalu bersilahturami ke nomor buntut KPU delapan (PAN). Keduanya memang cocok
bersejolian. Nggabungnya Partai Kebangkitan Nasional Ulama, seakan operasi intelijen sambung uratnya Kopasus (Komandan Pawukon SungSang), Bethara Ghana, atasan brojolan 21 November 2006, Selasa Pahing, hari bagus.

Kehadirannya ibarat api, menerangi, berwibawa, tetapi juga bikin gerah orang, baik untuk pindah tempat, berteman, berkerabat dan berbesanan. Bila Gerindra terpaksa tanpa pendamping, maka nasi pulen dang-dangan senilai zakat fitrah, lauknya daging kambing atau ikan air di lembaran dan bermacam-macam sembilan sayur, perlulah disesajenkan. Guna misalnya, bisa menculik birahi PDI-P, agar gak jera ditunggangi.

Kolom Sableng : Partai Golkar

$
0
0


Merdeka.com, 14 Februari 2013

http://www.merdeka.com/khas/partai-golkar-naga-yang-menyusut-jadi-kelinci-kolom-sableng.html

Kolom Sableng



Partai Golkar, Naga yang menyusut jadi kelinci

Penulis: Pipit Kartawidjaja

Golkar, berdiri tanggal 20 Oktober 1964, Selasa Kliwon, berwuku Kurantil dan Naga Libra. Tanggal 7 Maret 1999, Minggu Legi, wuku Kuwalu dan Kelinci Pisces, Partai Golkar dideklarasikan. Karenanya, hari deklarasi diklaim saja sebagai hari lahirnya. Jadi, Partai Golkar bertanggal lahir dobel. Dan ramalan koalisi dua wuku itu perlu Setgab. Partai Golkar berkelamin aneh. Golkar 1964 ngakunya bukan partai. Maka, Partai Golkar sebagai penerusnya, partai non-partai. Apa gak keliru ya, boleh ikutan pemilu?

Ginandjar Kartasasmita bilang, selama 32 tahun Golkar telah memimpin negeri ini hingga
membikin pertumbuhan ekonomi Indonesia mapan. Kenapa ekonomi Indonesia akhirnya gelagapan,
misteriuslah adanya. Karena kelamaan sebagai non-partai, wuku Kurantil jadi dominan. Golkar yang non-partai itu memang naga. Selama Orde Barusan, perolehan suara rata-rata di atas 60 persen, bahkan hampir 75 persen dalam pemilu 1997.

Sejak jadi partai non-partai, peraupan suaranya terus menyusut (22,4 persen 1999, 21,6 persen 2004 dan 14,5 persen 2009). Alias, kelinci hasil evolusinya. Jika gak dicegah, Partai Golkar bisa jadi semut.

Mungkin gara-gara pernah jadi naga, maka jahil, berselera tinggi, ogah dilebihi orang lain dan buruk baik hatinya, adalah watak wuku Kurantil. Jadinya, Partai Golkar itu partai terkorup pada tahun 2012, demikian rilis Seskab. Dan pernyataan Dipo Alam terbukti oleh tarikan Partai Golkar nomor buntut KPU 5. Angka ini, tegas Engkong Fengshui disebut bintang jahat, merugikan setiap orang, membawa pengaruh buruk dan menghibahkan penyakit.

Ramalan Libra menyebut salah satu gangguannya: sakit kuning. Sesuai kepulan asap kemenyan,
Partai Golkar lihai mencari uang, terutama lewat spekulasi. Jika kepergok, usahakan nyogok. Kalau gagal ngemplang, ya ngampleng.

Guna mencegah kelinci ini jadi semut, maka Partai Golkar perlu santet PT (Parliamentary
Threshold). 5 hingga 10 persen, usulan Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham. Santet itu ibarat pajak penghasilan. Lantaran Partai Golkar berpendapatan 14,45 persen suara DPR 2009-14, maka PGK rela dipajakin 5 s/d 10 persen. Apalagi Partai Golkar itu gembrot harta karungan Orde Barusan.

Wajar, jika partai partai berpenghasilan tiarap pada mencak-mencak. Mungkin, adilnya pajak
penghasilan PT itu di atas 33 persen macam muslihat cerdas di Cile lewat Allianza-Allianza
yang tetap menghormati identitas masing-masing partai, bukan harus melebur seperti
idamannya Ical.

Kata Ical, demi presidensialisme yang efektif, perlu mengurangi jumlah partai di DPR.
Jumlahnya 4 s/d 5 saja. Partai yang berlaga di arena pemilu juga diakalin. Prinsipnya: partai jangan banyak, perusahaan silakan bejibun. Padahal, ikutannya partai dalam sistem kepartaian itu, bila partai masuk ke parlemen dan punya posisi tawar. Menetapkan jumlah partai, lewat kalkulasi matematis Effective Number of Parliamentary Parties (ENPP). Bukan berdasar hitungan jari bekas cowal-cawil.

Misalnya di Camara de Diputados Cile 2009, penganut sistema presidensialista, partainya berjumlah 10. Tapi disebut dwipartai, sebab berENPP 2,2. Maklum, Alianza terkakap menguasai 48,3 persen kursi. 36 partai ada di Camara de Diputados Argentina 2011, juga presidensialista, namun multikepartaian sederhana, karena ber-ENPP 4,25. Partai terkuat meraup 44,8 persen kursi. House of Commons Inggris 2005, parlementerisme, dikerubuti 12 partai, tapi dwipartai, lantaran ber-ENPP 2,5. Partai terbesar mendominasi 55 persen kursi.

Kendati 21 partai duduk di DPR-RI 1999, tapi multikepartaian sederhana, sebab ber-ENPP 4,7. Kala itu PDIP sebagai partai perkasa ngebut 33,7 persen kursi. Ini berbeda dengan DPR 2009, ber-ENPP 6,2 dan karenanya disebut multikepartaian ekstrem, walau akibat santet PT yang lolos ke DPR cuma 9 partai. Habis, 3 partai gembrotnya baru sanggup menguasai 62,1 persen kursi. Artinya, penyederhanaan sistem kepartaian tergantung pula pada kepiawaian partai akbar merebut kursi DPR. Bukan melaknatkan kehadiran partai gurem.

Sederhana atau kagak, belum tentu mengefektifkan presidensialismenya. Sistema presidensialistanya Cile mujarab, kendati di DPR hadir 10 partai, sebab disciplinados fraksi governo afdol banget. Sebaliknya, meski Uruguay 1942-1973 itu didampingi sistem dwikepartaian, tapi presidencialismonya gak manjur. Soalnya, di dalam tubuh partai penguasa, misalnya Partido Colorado, lahir banyak sublema (faksi). Sublema-sublema ini demen selingkuh. Persis wataknya wuku Partai Golkar.

Akibatnya, fraksi governo ada indisciplina. Maka, termasuk mujurlah Partai Golkar itu, sebab Prabowo, Wiranto dan Surya Paloh, gak aksi aksian kayak faksi-faksi Partido Colorado. Mereka podo hengkango, lalu bikin mewadahi masing-masing celana kolor. Bisa jadi, Partai Golkar punya problem internal. Sering bertengkar sama sekongkolan sendiri, kutuk wukunya, berakibat penyusutan perolehan kursinya.

Lagipula, kalau sukanya selingkuh seperti dalam kasus BBM 2012, ya compang-campinglah
barisan koalisi gapermen. Presidensialismenya jadi gak efektif. Berkhasiat atau loyonya
presidensialisme itu juga tergantung pada posisi presiden, susduk DPR dan hubungan eksekutif dengan legislatif. Dan bukan lewat gonta-ganti UU Pemilu hanya demi santet PT.

Barangkali, buat memusatkan kekuatan di DPR, rilis Seskab bisa dijadikan acuan. Misalnya, 106 kursi Partai Golkar DPR 2009-14 dikasih bonus 36,64 persen, karena kadernya sukses ngegayus 36,64 persen. Ditanggung, idaman multikepartaian sederhana dapat terwujudkan.

Sesuai wuku Kulawu, Partai Golkar ini sering mendapat kesialan. Menjelang pemilu 2014,
ketua Partai Golkar diklaim hilang (ical). Bak muksonya Joyoboyo. Tapi, wajahnya kok tetap
mejeng. Konon, Sri Mulyani pernah dibikin klepek-klepek oleh antara ada dan tiadanya si dia itu.

Sebenarnya, Kresna dalam Bhagawatgita komiknya RA Kosasih pernah berujar, bahwa ada itu
tiada, dan tiada itu ada. Kecuali yang ngada-ada. Lalu, tidakkah Partai Golkar sudah dibisikin oleh wuku Kurantil guna menghindari kegiatan ke arah bawah? Karena dilanggar, NKRI pun terancam. Tak dinyana, Kuala Lumpur sudah berotda-otdaan di kabupaten Sidoarjo.

Niat menagakan Partai Golkar dengan menargetkan 30 persen suara dalam pemilu 2014, bisa
gak kesampaian. Partai Golkar, tulah wukunya, gak baik buat mengumpulkan orang. Mungkin,
sebatas orong-orong. Persis Partai Golkar dituding sebagai partai terkorup, Ketua DPP Partai Golkar Hajrianto Tohari malah pasrah. Gak ngeyel mbantah macam PKS, yang menolak dikatain tidak tersesat dari jalan korupsinya yang benar, hingga sekarang dituduh sebagai Partai Keandilan Sapi.

Jika sudah nerimo, ikhtiar penagaan PGK bagusnya diserahkan saja kepada berkah dua sesajen. Pertama, tumpeng dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya ayam blirik dipecel. Kedua, bebek, ayam, burung dimasak bersama-sama, dimasak bebas. Kalau toh nomor urut 5 itu telah dilaknat pembawa penyakit, semoga kedua pelindungnya, Bethara Langsur dan Bethara Sadana, dapat menggayusnya menjadi gangguan yang pas. Yaitu, ical ingatan petaka masa lampaunya para pencoblos pemilu 2014. <>

BangSat Jawab TEMPO

$
0
0
Bambang Soesatyo, anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Golongan Karya,  teman-teman biasa menyingkat Bang Sat, saat ini menjadi salah satu Presidium Korps Alumni HMI (KAHMI) memberikan  klarifikasi sehungan dengan  pemberitaan majalah Tempo. Berikut klarifikasi yang diberikan, untuk diluruskan:

1. Saya tidak pernah ikut pertemuan dan ada di Cafe De Luca Plaza Senayan sebagaimana ditulis
Tempo. Pembuktikanya sangat simple. Bukankah disana banyak terdapat kamera CCTV? Sebab, sampai saat ini sepanjang cafe itu ada di Plaza Senayan saya tidak pernah mengunjungi kafe itu. Saya selalu berkunjung restorant Oyster langganan saya di lantai 5 depan Studio-21. Dan itu lagi2 bisa di cek di cctv yang ada di Mall tersebut.
 
2.Saya juga tidak pernah kenal dan bertemu dengan orang yang mengaku bertemu saya di Cafe De Luca tersebut.
 
3.Sepanjang saya berteman dg Azis Syamsudin saya tidak pernah ikut bersama mobilnya atau sebaliknya Azis tdk pernah ikut bersama mobil saya. (Menurut saya yg ditulis itu rekaan saja).
 
4. Soal penulisan Tempo tentang waktu pertemuan makan siang dengan DS di Rest Jepang Bassara itu dikatakan bulan November 2010 itu hanya terkaan Tempo saja. Karena baik saya maupun saksi yang saya tidak kenal dalam pemeriksaan bersama di hadapan penyidik mengatakan pertemuan di Bassara itu kira2 awal 2010. Dan saat itu saya msh ingat betul sebagai anggota tim 9 penggagas hak angket Century lagi sibuk2nya melakukan pemeriksaan terhadap para pihak yg diduga terlibat kasus Century di pansus. Rapat dari pagi hingga malam dan semua live di TV.
 
5. Pertemuan makan siang itu tidak berlangsung lama. Paling lama 1,5 jam krn saya dan Azis harus kembali ke DPR mengikuti kembali rapat pansus Century. (Bisa di cek di karcis parkir, jika memang ada).
 
6. Yang dibicarakan dalam pertemuan makan siang itui intinya DS menyampaikan ada indikasi
kemenhub akan mengajukan kembali usulan perubahan (RUU) Lalu-lintas yang belum lama ini (2009) sudah diketuk palu DPR karena dlm implementasinya di lapangan terjadi benturan dengan DLLAJR. Lalu kemudian Azis menjelaskan bahwa terkait UU Lalu-lintas itu domainnya komisi V dan bukan domain komisi III.
 
7. Saya diam karena sebagai anggota DPR yg baru dilantik 1 Okt 2009 (jadi baru 3-4 bulan jadi legislator) belum banyak paham soal mekanisme pengajuan, pembuatan dan pembahasan sebuah UU. Jadi, laporan Tempo menurut saya kurang lengkap dan menyeluruh. DS menyampaikan soal persoalan implementasi UU LL dan informasi adanya upaya atau usulan baru perubahan UU LL yg
menurut informasi yang didengarnya digagas Kemenhub.
 
8.Terkait PNBP kita mengacu saja pada UU No.20 tentang PNBP. Kita jg bisa berpegang pada fakta secara formil saja. Bahwa tidak ada sekalipun adanya Notulen Rapat di Komisi III maupun Banggar yang pernah mencatat adanya rapat soal Anggaran Simulator….ini fakta.Sekali lagi, Notulen Rapat, UU, PP yang menegaskan soal Anggaran2 yang harus melalui pembahasan sudah menjadi bukti formil yang sulit dibantah. Dan semua sdh komisi III serahkan pada KPK. Coba dalami UU No.20 tahun 1997 tentang PNBP dan pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah (PP) No.73 tahun 1999: "Walaupun PNBP bersifat segera harus disetorkan ke kas negara, namun sebagian dana dari PNBP yg telah dipungut dpt digunakan utk kegiatan tertentu oleh instansi yg bersangkutan."  Lalu simak lagi pasal 5 PP no.73 tahun 1999: "Instansi yg bersangkutan dpt menggunakan dana PNBP sebagaimana dimaksud pasal 4 setelah memperoleh persetujuan dari menteri keuangan." 
 
(Bambang Soesatyo, Anggota Komisi III DPR)

LBH PERS KUTUK SERANGAN

$
0
0
Siaran per LBH PERS


LBH PERS MENGUTUK PENYERANGAN REDAKSI TEMPO

Aksi penyerangan dan pengrusakan kantor Tempo menjelang di tengah malam,Jumat (15/3/2013), di Kebayoran Centre Blok A11-A15 Jalan Kebayoran Baru-Mayestik, Jakarta, oleh gerombolan pemuda dengan senjata tajam adalah tindakan yang tak tidak dapat ditolerir.

Tempo yang dikenal tiap beritanya dianggap Koran yang berani lantang dan beritanya dinilai mengandung informasi penting untuk publik, seperti korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh penguasa diserang sekelompok orang ini bentuk tindakan anti pers dan anti demokrasi. Koran ini sehari sehari
sebelumnya menurunkan berita dengan cover sketsa pertemuan poltikus dan pejabat penting kepolisian  yang di dalam pertemuannya diduga terkait pembiacaraan proyek simulator SIM yang tengah di sidik oleh KPK.

Dilihat dari kedekatan pemberitaan-pemberitaan terkait korupsi dan waktu kejadian penyerangan dengan peristiwa penyerangan itu, LBH Pers menganggap ada indikasi kuat penyerangan ini terkait pemberitaan. Keadaan menambah buruk kondisi kebebasan pers di Indonesia.  LBH Pers telah mencatat pada pada laporan tahunannya tahun 2012 terdapat kekerasan sebanyak seratusan kasus. Kejadian penyerangan Tempo kali ini dipastikan berakibat kondisi pers di Indonesia semakin terpuruk.

Untuk itu LBH Pers menyampaikan sikap:
1.      Mengutuk keras peristiwa penyerangan kantor redaksi Termpo tersebut.
2.      Mengharap semua pihak  agar tidak melakukan penyerangan dan pengrusakan  terhadap
pers. Apabila terkait pemberitaan agar memakai mekanisme UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, yang diawali dengan penggunaan hak jawab.
3.      Mendesak kepolisian untuk segera menangkap dan mengusut tuntas pelaku pengrusakan tersebut.
4.      Mendorong masyarakat untuk mengerti peran dan fungsi pers.

Jakarta, 16 Maret 2013

Sholeh Ali
Wakil Direktur LBH Pers
081685160177

adakah kaitannya setelah SBY mengundang para Pemred? Benarkah sudah dua hari para penyerang itu mengawasi kantor TEMPO? demikian info dan tanda tanya

TW, SINDO dan Hak Jawab

$
0
0



Senin, 18  Maret 2013 Siang, saat melewati depan kantor Sekretariat Negara penjual majalah eceran di dekat lampu merah menawarkan sejumlah majalah, yang tampak TEMPO dengan cover merah SBY sedang menenteng senjata, "Hantu Kudeta". Yang menarik saya justru bukan itu, tapi Majalah Sindo weekly, dengan cover dua orang saling berhadapan geram "Duel, TW-GITA", begitu judul besarnya.

Cover SINDO weekly itu menimbulkan tanda tanya saya, karena setahu saya melihat Majalah itu sekitar tiga pekan sebelumnya bercerita soal sengkarut hukum Lahan Fatmawati. Saya sempat baca, tapi merasa tak ada yang baru dengan berita itu, memang perkara lama yang berlarut-larut. Tapi kenapa masih dijual di jalan? Kan, sudah ada beberapa terbitan terbaru setelah itu, mulai dari Hercules, sampai Ibas (yang terbaru)
Rabu, 20 Maret 2013,  sore, aku bertemu dengan jurnalis dari SINDO weekly, lalu bertanyalah soal majalah bergambar seperti TW dengan Gita (Wiryawan), kok masih dijual di jalan. "O, itu majalah itu sampai dicetak ulang, laku,"katanya. Aku langsung mencari majalah itu, ternyata memang itu terbitan 14-20 Februari 2013. Yang menarik lagi,bukan hanya itu, kata jurnalis itu, TW juga protes, dan dia gak mau hak jawabnya di muat surat pembaca, tapi jawabannya dalam bentuk scan. Rencananya pekan depan hak jawab itu dimuat.

Ya, lumayan sudah punya kesadaran, media. Tidak menyuruh anak buahnya melakukan penyerangan seperti yang pernah dialami diriku pada tahun 2003. Untuk mengingatkan pihak lain, sebaiknya disimak tentang pedoman hak jawab yang beredar di milis ajisaja dan dikirim salahs eorang member milis itu untuk menjawab pertanyaan kawannya.

Jakarta, 20 Maret 2013.


Pedoman Hak Jawab yang dikeluarkan Dewan Pers menyebutkan: "Hak  Jawab tidak berlaku lagi jika setelah 2 (dua) bulan sejak berita  atau  karya jurnalistik dipublikasikan pihak yang dirugikan tidak mengajukan  Hak Jawab, kecuali atas kesepakatan para pihak."



Pedoman Hak Jawab

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud dari kedaulatan rakyat  berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia. Kemerdekaan pers perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya  untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pelaksanaan  kemerdekaan pers dapat diwujudkan oleh pers yang merdeka, profesional,  patuh pada asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai  Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, serta Kode Etik  Jurnalistik.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, pers wajib  memberi akses yang proporsional kepada masyarakat untuk ikut  berpartisipasi memelihara kemerdekaan pers dan menghormati Hak Jawab  yang dimiliki masyarakat.

Untuk itu, Pedoman Hak Jawab ini disusun:

    1. Hak  Jawab adalah hak seseorang, sekelompok orang, organisasi atau badan  hukum untuk menanggapi dan menyanggah pemberitaan atau karya jurnalistik  yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, terutama kekeliruan dan  ketidakakuratan fakta, yang merugikan nama baiknya kepada pers yang memublikasikan.

    2. Hak Jawab berasaskan keadilan, kepentingan umum, proporsionalitas, dan profesionalitas.

    3. Pers wajib melayani setiap Hak Jawab.

    4. Fungsi Hak Jawab adalah:
       a.Memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat;
       b.Menghargai martabat dan kehormatan orang yang merasa dirugikan akibat pemberitaan pers;
       c.Mencegah atau mengurangi munculnya kerugian yang lebih besar bagi masyarakat dan pers;
       d.Bentuk pengawasan masyarakat terhadap pers.

    5. Tujuan Hak Jawab untuk:
       a.Memenuhi pemberitaaan atau karya jurnalistik yang adil dan berimbang;
       b.Melaksanakan tanggung jawab pers kepada masyarakat;
       c.Menyelesaikan sengketa pemberitaan pers;
       d.Mewujudkan iktikad baik pers.

    6. Hak Jawab berisi sanggahan dan tanggapan dari pihak yang dirugikan.

    7. Hak Jawab diajukan langsung kepada pers yang bersangkutan, dengan tembusan ke Dewan Pers.

    8. Dalam  hal kelompok orang, organisasi atau badan hukum, Hak Jawab diajukan  oleh pihak yang berwenang dan atau sesuai statuta organisasi, atau badan  hukum bersangkutan.

    9. Pengajuan Hak Jawab dilakukan  secara tertulis (termasuk digital) dan ditujukan kepada penanggung jawab  pers bersangkutan atau menyampaikan langsung kepada redaksi dengan  menunjukkan identitas diri.

    10. Pihak yang mengajukan Hak  Jawab wajib memberitahukan informasi yang dianggap merugikan dirinya  baik bagian per bagian atau secara keseluruhan dengan data pendukung.

    11. Pelayanan Hak Jawab tidak dikenakan biaya.

    12. Pers dapat menolak isi Hak Jawab jika:
a.Panjang/durasi/jumlah karakter materi Hak Jawab melebihi pemberitaan atau karya jurnalistik yang dipersoalkan;
b.Memuat fakta yang tidak terkait dengan pemberitaan atau karya jurnalistik yang dipersoalkan;
c.Pemuatannya dapat menimbulkan pelanggaran hukum;
d.Bertentangan dengan kepentingan pihak ketiga yang harus dilindungi secara hukum.

    13. Hak Jawab dilakukan secara proporsional:
        a.Hak  Jawab atas pemberitaan atau karya jurnalistik yang keliru dan tidak  akurat dilakukan baik pada bagian per bagian atau secara keseluruhan  dari informasi yang dipermasalahkan;
        b.Hak Jawab dilayani pada  tempat atau program yang sama dengan pemberitaan atau karya jurnalistik  yang dipermasalahkan, kecuali disepakati lain oleh para pihak;
       c.Hak Jawab dengan persetujuan para pihak dapat dilayani dalam format ralat, wawancara, profil, features, liputan, talkshow, pesan berjalan, komentar media siber, atau format lain tetapi bukan dalam format iklan;
      d.Pelaksanaan

  Hak Jawab harus dilakukan dalam waktu yang secepatnya, atau pada  kesempatan pertama sesuai dengan sifat pers yang bersangkutan;

1)Untuk  pers cetak wajib memuat Hak Jawab pada edisi berikutnya atau  selambat-lambatnya pada dua edisi sejak Hak Jawab dimaksud diterima redaksi.

2)Untuk pers televisi dan radio wajib memuat Hak Jawab pada program berikutnya.

     e.Pemuatan Hak Jawab dilakukan satu kali untuk setiap pemberitaaan;
     f.Dalam  hal terdapat kekeliruan dan ketidakakuratan fakta yang bersifat menghakimi, fitnah dan atau bohong, pers wajib meminta maaf.

    14. Pers  berhak menyunting Hak Jawab sesuai dengan prinsip-prinsip pemberitaan  atau karya jurnalistik, namun tidak boleh mengubah substansi atau makna  Hak Jawab yang diajukan.

    15. Tanggung jawab terhadap isi Hak Jawab ada pada penanggung jawab pers yang memublikasikannya.

    16. Hak  Jawab tidak berlaku lagi jika setelah 2 (dua) bulan sejak berita atau  karya jurnalistik dipublikasikan pihak yang dirugikan tidak mengajukan  Hak Jawab, kecuali atas kesepakatan para pihak.

    17. Sengketa mengenai pelaksanaan Hak Jawab diselesaikan oleh Dewan Pers.

Sesuai  Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, pers yang tidak  melayani Hak Jawab selain melanggar Kode Etik Jurnalistik juga dapat  dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (Lima  ratus juta rupiah).

Jakarta, 29 Oktober 2008



Salam,
dari
Syofiardi

Isi Pedoman Hak Jawab bisa juga dapat dilihat di: http://www.dewanpers.or.id

Ulama Copy Paste

$
0
0


Antara Ulama Besar, Ulama Otodidak dan Copy-Paste
Rabu, 13 Maret 2013

KATA  ulama berasal dari bahasa Arab (علماء) yang berarti orang-orang yang mengetahui, bentuk tunggalnya adalah ‘alim (عالم) orang yang mengetahui. Menurut penggunaan asalnya, kata ini dilekatkan kepada semua orang yang ahli di bidang tertentu, misalnya ulama ath thibb (pakar kedokteran), ulama al handasah (pakar teknik/teknikus),
ulama al lughah (pakar bahasa), ulama asy syariah (pakar syariat). Seiring dengan perkembangan zaman, maka jika disebutkan kata ‘ulama` tanpa disandarkan kepada satu ilmu maka yang dimaksud adalah ulama di bidang
syariat.

Di era teknologi yang sangat canggih sekarang di mana semua informasi dapat diperoleh dengan cara yang mudah,
baik audio, visual maupun online. Apa yang terjadi di bagian barat bumi bisa diketahui oleh penduduk bagian timur bumi dalam hitungan detik begitu pula sebaliknya. Majalah, buku dan koran sudah dapat ditemui versi online-nya
sehingga mempermudah banyak orang untuk meng-copy-paste-nya. Hal yang sama juga dapat kita temui pada materi-materi keagamaan seperti al Quran dan hadits beserta terjemahannya, kitab ulama salaf, khalaf, kontemporer, baik yang asli berbahasa Arab maupun terjemahannya. Saking mudahnya, banyak orang yang lebih mementingkan versi online ketimbang membeli atau membaca versi cetak.

Hal ini pula barangkali yang menyebabkan banyak pelaku plagiat di pelbagai bidang untuk beragam kepentingan
mulai dari menulis lepas, menyusun karya ilmiah, menyampaikan ceramah dan lain-lain.

Sebuah fenomena

Di jakarta ada seorang dai yang mempunyai banyak murid. Di mata muridnya, dia adalah seorang ahli hadits, sehingga semua perkataannya tentang masalah hadits adalah benar. Dai ini sering berceramah di masjid-masjid ‘komunitas’-nya, mengisi program radio, tulisannya dicetak dalam buku yang berjilid-jilid, tak ketinggalan ceramahnya
pun dijual di pasaran dalam bentuk VCD/DVD.

Layaknya ulama besar -di mata muridnya-, pengajiannya pun ramai dikunjungi orang. Tema yang sering
disampaikannya adalah masalah hadits. Muridnya mengganggap dia lulusan sebuah kampus Arab yang ada di Jakarta dan mengajar di sana. Kenyataannya, dia bukan lulusan kampus itu dan bukan staf pengajar di sana. Dia hanya sering mendatangi perpustakaan kampus tersebut pada waktu tertentu, membaca kitab-kitab tertentu
yang lalu dia ringkas dalam bahasa Arab, setelah itu dia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kemudian dia sodorkan naskahnya ke penerbit-penerbit ‘komunitas’-nya.

Sering pula ia ‘menghajar’ ulama sekaliber Dr. Yusuf Alqaradhawi, Said Sabiq, Sayyid Quthb dan lainnya dan
mengatakan bahwa semua perkataannya adalah bathil.Tidak diragukan, para ulama itu mempunyai kesalahan layaknya manusia biasa, tapi seharusnya itu tidak membutakan mata hati kita bahwa mereka adalah ulama besar dan pendapat mereka dapat dijadikan rujukan.

Jika kita bandingkan dia dengan ulama tersebut tentu tidak ada apa-apanya. Dia hanya berbekal ilmu secara
otodidak dan hanya diakui sebagai ulama oleh ‘komunitas’-nya, sementara kualitas ilmu ulama tersebut sudah diakui secara internasional.

Sifat sombong memang tidak mengenal status seseorang, entah dia ulama, orang awam, kaya, miskin, tua, muda,
besar dan kecil. Jika seseorang telah merasa puas terhadap ilmu yang didapatnya maka sungguh dia adalah orang bodoh, begitu kata salah seorang ulama salafush-shalih.

Itulah salah satu contoh ulama otodidak di negeri ini. Dalam sejarah modern tercatat beberapa ulama yang
berhasil secara otodidak tapi itu hanya bersifat kasuistik tidak umum.

Memang betul ada hal-hal yang bisa dipahami secara otodidak namun ada banyak hal yang harus dipahami melalui
guru, dosen, pembimbing, pakar, dan ulama. Jika dalam urusan duniawi saja kita hanya percaya kepada orang yang ahli di bidang tertentu maka lebih utama lagi dalam urusan akhirat (agama). Jika kita percaya bahwa masalah kesehatan harus dikonsultasikan kepada dokter maka tentu masalah agama kita konsultasikan kepada ahlinya yaitu para ulama bukan kepada orang yang tidak jelas latar belakang pendidikan agamanya.

Pahami dahulu sebelum menyampaikan

Ilmu itu bukan sekadar copy-paste dari internet atau sekadar memahami kitab ulama sendiri secara otodidak lalu diajarkan kepada orang lain. Jika kita kesulitan untuk bertanya kepada ulama, ustadz, kiai, atau guru agama maka dengan kecanggihan teknologi kita bisa bertanya melalui surat elektronik (e-mail) atau mengirim pesan lewat akun jejaring sosial. Sudah banyak ulama yang memiliki akun resmi walaupun tidak langsung dia kendalikan tapi bersama orang kepercayaannya, terutama ulama timur tengah. Jika tidak memahami bahasa Arab maka kita juga bisa bertanya kepada ulama Indonesia yang dianggap mumpuni di bidangnya masing-masing. Jadi, tidak ada alasan untuk meng-copy-paste hadits beserta terjemahnya, misalnya, lalu kita pahami sendiri tanpa mengetahui secara pasti maksud dari hadits tersebut, terutama hadits yang memerlukan syarah (penjelasan) khusus, setelah itu kita
sampaikan kepada orang lain.

Jika ada yang mengatakan, bukankah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda: “Sampaikanlah (apa) yang berasal dariku walaupun satu ayat.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan At-Tirmidzi). Maka kita jawab, benar, itu adalah sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Namun kita harus pahami juga bahwa Al-Qur`an dan hadits berbahasa Arab, tentu yang memahaminya pertama kali adalah orang Arab dari kalangan shahabat dan ulama sepeninggal mereka.
Contoh pemahaman fatal yang pernah saya dengar dari seorang dai adalah ketika ditanya tentang seseorang yang
memasuki benteng pertahanan musuh sendirian sehingga dia hampir mati diserang segerombolan musuh. Dai itu menjawab, “Orang itu berdosa karena menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan.” Dia lalu menyitir firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195).

Jika orang ini pernah membaca sebuah hadits tentang sabab nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut tentu dia akan
menjawab dengan cara yang berbeda. Sebuah riwayat yang diberitakan Abu Dawud dan At-Tirmdzi yang berasal dari Aslam Abu Imran, yang mana dia berkata,  “Suatu ketika kami berangkat dari Madinah Al-Munawwarah untuk berperang di Konstantinopel. Kami dipimpin oleh Abdurrahman bin Khalid bin Walid, sementara orang-orang Romawi menempelkan punggung mereka pada dinding kota. Lalu ada seorang lelaki (dari kaum Muslimin) yang menyerang musuh. Orang-orang pun berteriak, “Tahan, tahan. La Ilaha Illallah, dia telah menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan.” Lalu Abu Ayyub (Al-Anshari) menimpali kata-kata mereka, “Sesungguhnya ayat yang berkaitan tentang hal ini turun berkenaan dengan kami orang-orang Anshar. Tatkala Allah Ta’ala membela Nabi-Nya dan memenangkan Islam kami mengatakan, “Mari kita mengurus harta kita dan memperbaikinya.” Setelah itu Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.
” (QS. Al-Baqarah: 195)

Abu Ayyub melanjutkan, “Menjatuhkan ke dalam kebinasaan maksudnya adalah mengurus harta dan
memperbaikinya serta meninggalkan jihad.” Di sinilah perbedaan antara orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui dalam bidang agama. Orang yang tidak mengetahui mengandalkan logika semata sementara orang yang mengetahui berpendapat berdasarkan Al-Qur`an dan hadits. Sungguh Allah Ta’ala telah berfirman, “(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)

Manfaatkan Teknologi

Melihat fenomena ini maka tentunya bagi yang pernah mengecap ilmu agama --baik di pesantren, maupun
universitas dalam dan luar negeri-- harus bisa memanfaatkan fasilisas internetuntuk menebarkan ilmunya kepada masyarakat. Jangan salahkan masyarakat jika mereka lebih men gikuti ulama otodidak dan copy-paste yang tampil
menarik di televisi, radio, dan internet bahkan aktif mengisi pengajian dimasjid, mushalla, dan tempat-tempat umum.
Akhirnya, marilah kita senantiasa merenungkan firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman!  Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11) Begitu pula dengan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berbunyi, “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.”(HR. Ibnu Majah)

Semoga Allah Ta’ala menunjuki kita ke jalan yang lurus dan istiqamah menjalankan syariat-Nya yang mulia.
Amin.*/Yum Roni Askosendra
Dicomot dari http://www.hidayatullah.com

Kolom Sableng : PPP

$
0
0


Kolom Sableng

PPP, kerbau gersang cemberutan

Penulis : Pipit Kartawidjaja


Kala Orde Barusan, rejeki suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu mulanya njumbo 29,3
persen (1977), kurusan 1987 (16 persen), terakhir gemukan 22,4 persen (1997). Setelahnya cacingan: 10,7 persen (1999), lalu 8,2 persen (2004) dan alamak, cuma 5,2 persen (2009). Di 2014, gelagatnya berbintang gelap. Perceraian alih-alih persatuan. Kiranya pembangunan, kepergoknya pembambungan. Dari jumbo, tinggal sejumput.

Sejatinya, tak tahanlah tarikan nomor buntut KPU 9. Klenikan asap kemenyan, angka top. Bermakna khusus, bahkan khusyuk suci. Cialatnya, juga selalu bertengkar. Anti persatuan. Ciu-ciam (ramalan) Engkong Fengsui, 9 bintang ganda. Senantiasa ndobelin pasangannya. Kerabatnya tipu Ce-ki no-kang (pasang satu dapet dua). Musuhnya persatuan. Trus, mau membangun?

PPP, fosil Orde Barusan, mbrojol 5 Januari 1973, Jumat Wage, hari buruk. Bejatnya haripun menimpa PDI, mbahnya PDI-P. Kontrasnya Golkar, berhari kelahiran baik. Dus, dari awalnya, PPP dan PDI telah dibedebahin alam gaib.

Mulanya, PPP berlogokan Ka'bah. Tapi, diplototin. Simbol agama haram ngurusi politik kolong jagat. Sebaliknya, Golkar boleh bernon-duniawi. Beringin itu lokasi kongkowin makhluk halus. Maka, di alam gaib, PPP dibius dua kali.

Itulah pasalnya, bintang jumbo pilihannya. Berbintang teranglah PPP buruan ganti logo seusai gelapnya bintang Orde Barusan. Bila telat, bisa dikira ngebir, dilarang bermarkas di otda-otda berperda antimiras. Tentu, bakal sulitlah berpemilu.

Di alam kasunyatan Orde Barusan, cuap website PPP, banyak kader PPP, terutama di daerah, digebuki, dijeger dan malah dikoitin. Para saksi PPP diancam, suara rakyat ke PPP dijahilkan demi terangnya bintang Golkar. Nasib serupa dialami PDI. Boleh juga, jika Golkar setor pampasan. Partai Nahdlatul Ulama, Partai Serikat Islam Indonesia, Perti dan Parmusi ditodong melebur jadi PPP, seperti riwayat PDI. Sampai kini, setel ini dilanggengkan.

Di Cile umpamanya. Sebab sistema binominal, setiap daerah pemilihan berkursi dua,partai-partai dipaksa bergabung. Selain nama aliansi, misalnya Concertacion, partai sekubu dengan identitas masing-masingpun dicantumkan macam DC, PS, PPD atau PRSD. Alhasil, pendukung DC nyoblosnya Concertacion. Penetapan calegnya, ya musyawarah di dalam persekutuan tersebut. Di Jerman, koalisi disebut. Contohnya Buendnis 90/Die Gruenen. Buendnis 90 asli mantan Jerman Timur. Die Gruenen maraknya di mantan Jerman Barat. Gaya beginian, memungkinan kehadiran partai lokal atau bani minoritas. Gak harus selalu nasional berongkoskan jumbo, sumbernya samberan jahil.

Praktis, semasa Orde Barusan, PPP dan PDI ditelerkan di alam gaib dan alam kasunyatan. Pantesan, kala itu Golkar unggul melulu, niru golongan kepalu-aritan Eropa Timur, melanggar asas arisan warisan leluhur.

Sayangnya, pembangunan gadangan Orde Barusan akan mencapai tahapan tinggal landas itu tokh
nggadungan ketinggalan landas. Jabang Tetuka Orde Barusan kandas kejumboan penumpang.

Biar kini sudah bebas, namun PPP tetap diidapi laknat Orde Barusan. Maunya pembangunan, namun kutukan wuku Kuningan, didedengkotin Bethara Indra, gak baik memperindah rumah. Berupaya menyuburkan suara, busyetnya gersang, supata wukunya.

Kegersangan, uap wetonnya, bikin malas bernafkah. Maka, direbutlah peringkat keempat liga korupsi rilisan Seskab, yang kata Sekjen DPP PPP, Romahurmuzy, sejalan dengan peringkat kursi PPP hasil pemilu 2004.

Barangkali maksud Sekjen: bila PPP ingin dibebaskan dari pencoleng, maka jangan dicoblos. Juga yang lain. Bahkan, DPR patut digeruduk dan dibumihanguskan seperti membasmi lokasi-lokasi sesat.

Alasan PD, PDI-P dan Golkar lebih unggul culasannya, terletak pada azab asap kemenyan: 9 itu penghasut nyali yang lain. Ing madya mangun karsa, membangkitkan gairah berkorupsi halal.

Ucap wetonnya, PPP itu banyak apesnya. Karenanya, PPP si Kerbau Capricorn, tertenung jadi kerbau gersang. Kikir ketawa,ogah humor dan cemberut melulu. Padahal, menjajakan diri mesti simpatik, ramah dan royal senyum. Coba kursus sama Gerindra, pembuat klepek-klepek tiga artis papan atap. Alternatif lain, Hanura yang sukses memeriamkan pelet samber Krisdayanti dan Meriam Bellina. Andai gak bakat, kebut susuk Rembulan Koneng, ampuh buat memikat, mengatrol kharisma dan mengamandemen penampilan jadi berpendar-pendar bak bulan purnama.

Lantaran waktu Orde Barusan ketinggalan landas, wajarlah peluang lepas landas gak dilepas. Cuma, soal lepas landas kok dikipas-kipas: „Pantaskah Menag membawa rombongan jumbo naik haji?“. Bertendensius kecut, bikin kerbau gersang bersungut. Cemberutannya: „Pantaslah Menag membawa rombongan haji naik jumbo!“.

Agar aman, layak bersesajen sega punar dang-dangan beras senilai zakat fitrah, lauknya rancaban serba digoreng. Baiknya, nggoreng pakai Minyak Si Nyong-Nyong, berkhasiat memikat. Slametan itu untuk menangkis tulah wukunya: PPP beraral dikeroyok. Jelas mustahil dilakukan terhadap rombongan jumbo. Tapi, sebab sejumputlah Ahmadiyah dan Syiah sia-sia terengah-engah.

Protes Tayangan Yahudi Indonesia

$
0
0


Tayangan “Berdarah Yahudi, Bernafas Indonesia” yang Dianggap Meresahkan Itu

Senin, 18 Februari 2013
Hidayatullah.com—

Setelah pernah dinilai meresahkan aktivis Kerohanian Islam
(Rohis)
karena tayangan "Metro Hari Ini" pada 15 September 2012 pukul 18.00 WIB dalam dialog “Awas, Generasi Baru Teroris!”, kini Metro dinilai meresahkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dalam tayangan INSIDE edisi “Berdarah Yahudi, Bernafas Indonesia” edisi Kamis, 14 Februari 2013.

Tayangan berdurasi 5 menit 36 detik yang ditulis Monique Rijkers menggambarkan komunitas Yahudi di Indonesia. Hanya saja, tayangan ini dirasa mengganggu setelah adanya visualisasi beberapa organisasi massa Islam yang ditampilkan dalam program ini. Misalnya, di 20 detik pertama, dengan sangat jelas digambarkan aksi massa KAMMI sedang berdemonstrasi yang diakhiri pembakaran replika bendera Yahudi, Bintang Davis. Pada 20 detik selanjutnya, menyusul aksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang juga melakukan aksi anti Yahudi.

Memang tak ada pernyataan KAMMI, PKS, HTI atau ormas-ormas Islam lainnya. Hanya saja, saat visualiasi, ikut diselipkan istilah massa intoleran dan anti Semit (anti Yahudi). “Di Indonesia masih banyak sikap anti semit,” demikian ulasan Metro.

Dalam ulasan itu Metro juga mengakui memang Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan Israel dan tak mengakui negeri Yahudi tersebut, namun menurut televisi ini, usaha mendekatkan dengan Yahudi itu sudah lama dimulai di jaman Gus Dur. "Tetapi di era Gus Dur (Abdurrahman Wahid, red) kedekatan dengan Israel terjalin. Bahkan Gus Dur bersahabat dekat dengan keturunan Yahudi. Sementara dalam hubungan ekonomi, meski tidak resmi, hubungan dagang kerap berlangsung," ujar Metro. Media ini juga menyebut kedatangan George Soros yang pernah menemui Presiden Susilo B
Yudhoyono.


George Soros, adalah miliarder Yahudi berkebangsaan AS yang pernah mengantar Indonesia bersama sejumlah negara lainnya ke lembah kelam bernama krisis moneter tahun 1997/1998. Menurut Metro, komunitas Yahudi di Indonesia kini bahkan makin meningkat, khususnya di kalangan penganut Kristen. Ini ditandangi program-program perjalanan ruhani ke Yerussalem. Selain program-program tersebut, salah satu bukti banyaknya komunitas Yahudi di Indonesia, masih menurut Metro adanya menorah Yahudi terbesar di dunia yang ada di Manado. "Kenapa kita harus menyangkal jati diri kita hanya karena Indonesia tak punya hubungan diplomatik. Saya kira Indonesia kan negara demokratis, " ujar Fred Resley, seorang keturunan Yahudi saat diwawancarai Metro.

Dalam ulasannya Metro juga mengutip dokumentasi hasil wawancara Benyamin Ketang, penganut Yahudi asal Jember Jawa Timur yang juga pendiri Direktur Eksekutif Indonesia - Israel Public Affairs Comitte (IIPAC). Dalam tayangan tersebut, Ketang mengatakan pentingnya Indonesia
berhubungan dengan Israel."Indonensia akan lebih perkasa jika membangun
hubungan diplomatik dengan Israel, " ujar Ketang dalam tayangan 'Kontroversi HUT Israel' dikutip Metro.


Liputan ditutup dengan sholawat Kiai Kanjeng yang dimotori Cak Nun (Emha Ainun Nadjib, red) dalam bahasa Ibrani berjudul“Shalom Aleichem”.
"Sesungguhnya, sikap anti Israel menghilang seiring dengan semakin terbukanya warga Indonesia dengan negara Yahudi itu,“tutup Metro.

Inilah yang rupanya diberatkan KAMMI. Menurut KAMMI, dalam tayangan
tersebut, jelas-jelas lebih dominan membela Yahudi tanpa ada pembanding sama sekali
. “Bisa dikatakan, 70:30 pro Yahudi tanpa pengimbang. Bahkan di ending cerita, justru Benyamin Ketang diposisikan penting  dengan menutup kalimat pentingnya Indonesia berhubungan dengan Israel,” ujar Inggra Saputra, Humas KAMMI Pusat.*

Rep: Panji Islam
Red: Cholis Akbar
dicomot dari Hidayatullah.com

Kolom Sableng : Hanura

$
0
0

Hanura, Anjing urakan yang lumpuh



Penulis : Pipit Kartawidjaja
Kamis, 21 Maret 2013 12:03:28


Selain keraton Solo berpusaka keramat meriam Kanjeng Nyai Setomi, Partai Hanura pun bermeriam Bellina, yang tahun 1982 juga bom seks, agaknya perintisnya bom bunuh diri.

Sebagai bontotnya pemilu 2009, Hanura hanya penunggu 17 kursi, bersuara 3,77 persen. Tarikan nomor buntut buncitnya KPU 10 ngepas pula. Mistisnya segaib keramatnya meriam. Tentu, dalam sistem proporsional daftar terbuka suara terbanyak, dentuman meriam Bellina dan pelet terpesonanya Krisdayanti diandalkan mampu mengadalkan Ambang Batas Parlemen (ABP).

Wiranto, identiknya Hanura, Jenderal, berpartai cuma hati nurani. Lumpuh dan pasrah. Bedanya Prabowo, Letjen, tapi berpartai gerakan. Aktif dan agresif. Kala Orde Barusan, gerakan itu subversif. Ingat GAM dan GPK. Mungkin gara-gara letnannya jenderal, harus gerak agar ngejenderal, lalu cukup gerak-gerik sebatas hati nurani.

Bokeknya suara, bisa jadi akibat keraguan pemilih. Intip logo banteng tertegunnya PDI-P, beringin klenikannya Golkar atau garuda siaga mematuknya Gerindra. Logo Hanura itu ibarat rambu lalu lintas. Seolah mewanti-wanti: Hatihatilah Nurani Rakyat atau Hatihati Nurutin Rakyat.

Lahir 14 November 2006, Selasa Kliwon, dina ala (hari buruk), berwuku Julungwangi, dikomandani Bethara Sambo. Nujuman wukunya: lumpuh dan gak suka harta. Alhasil, peraupan suaranya tiarap dan berpredikat bersih rilisan Seskab. Kendati lumpuh, wangsitan wukunya, urakan dan banyak cincong. Maka, Hanura acap tampil sebagai Hati Nuraninya Akbar.

Di DPR, ada 11 komisi kerja (komja), sedang kementeriannya (tanpa Menko) ada 31. Di Komja II, Akbar bertarung sama 3 Kementerian plus 10 lembaga negara lainnya. Karena shio dan bintangnya Hanura itu Anjing Scorpio, anjing yang gak bisa ngurusin diri sendiri, lalu yang lain diurus. Dan berjibun pula. Tahun 2010-11 contohnya, Akbar kongkow di 6 Panja (Panitia Kerja) dan 1 Timja (Tim Kerja). Akbar omong soal pemilu, parpol, otda Yogya, pertanahan, aset negara. Juga Century. Dan entah apa lagi. Gak fokus.

Di 19 negara Barat 1970 s/d 1999 misalnya, 1 komja melayani 1,28 kementerian. Dinilai afdol itu perbandingan jumlah komja dengan jumlah kementerian umpamanya di Denmark (23:21), Austria (24:16), Jerman (22:17) atau AS (20:17). Di Cile 2002, 17 kementerian ngadepin 18 komja DPR dan 19 komja Senat.

Riksdag (DPR Swedia) melarang 1 komja diisi melebihi 15 orang. Komja efisien, studi Susan Benda, beranggotakan antara 13 sampai dengan 25. Duelnya 1 komja dengan 1 kementerian bertujuan „to give the House the capacity to monitor or to shadow the work of all federal government departments“, cuap House of Representatives Australia 2001. Komja atau subkomja dapat difaedahkan guna penyederhanaan sistem kepartaian di parlemen. Contoh DPRD Landsberg Jerman 2004: 4 partai gurem gak berhak berkomja hasil hitungan perimbangan kekuatan. Terpaksalah, yang 3 membentuk fraksi bersama.

Jika Komja II DPR beranggotakan 45 orang itu misalnya dipecah ke dalam 3 subkomja buat menghadapi 3 kementerian, maka sesuai perimbangan otot, Hanura gak berhak bersubkomja.

Hanura dan Gerindra mesti gabung atau nggabung, bila Komja dibagi berdasar ruang lingkup tugas setel Jerman 2009-13.

Juga lewat pembentukan fraksi. Gak semua partai di Bundestag (DPR Jerman) berstatus fraksi, bersyarat 5 persen kursi DPR. Non-fraksi, antara lain gak berhak ber-RUU atau berinterpelasi. Di dalam komja, statusnya tamu, gak berhak berbacot atau berusul.

Di Bundestag 1990-94, Buendnis 90/Die Gruenen dan PDS/Linke Liste masing-masing berwakilkan 8 dan 17. Berstatus hanya kelompok anggota. Kalau di Jerman, Hanura dan Gerindra bukanlah fraksi. Di Bundestag 2002-06, PDS cuma punya 2 wakil, berstatus legislator non-fraksi.

Nah, bertele-tele atau sulit berkonsensusnya DPR sebagai penyebab ketakefektifan presidensialisme seperti keterangan pemerintah di depan Mahkamah Konstitusi Januari 2009 itu, bisa diakali lewat penyederhanaan sistem kepartaian di DPR, tanpa harus memasung partisipasi partai gurem atau gonta-ganti UU Pemilu.

Kemujuran Hanura lolos dari ABP itu persis tarikan nomor buntut KPU 10, berangka primer 1. Ciu-ciam (ramalan) Engkong Fengsui, bintang doku, angka yang selalu menguntungkan. Busyetnya, Nasdem saingan beratnya.

Bak tipu I-jwe-hoan-hiat (Ganti Sumsum Tukar Darah), dari Nasdem nadah Hary Tanoe, ke Nasdem setor Akbar Feisal. Hanura tukar Hanoera: Hati nuraninya Akbar aplos Hary Tanoenya selera. Biar kata Paloh Akbar itu „vitamin tambahan yang baik“, tokh laknat Hanura diidap Akbar: buruk untuk pindah tempat.

„Hanura bersih, tapi tak dapat respek dari masyarakat,“ rintih Akbar. Mungkin diagnosanya, masyarakat sakit, pro tilepan, nyoblosnya kalau disuap. Maklum, Golkar partai terkorup rilisannya Seskab, kok survei-survei justru bilang paling top. Jelas, Hanura gagal. Sebab sengkala wukunya, brengsek buat mengobati. Mungkin sesajen nasi kebuli lauknya ayam merah akan mewaraskan Hanura jadi partai korup, lincah memainkan tipu-tipu culasan secantik gocekan Lionel Messi, demi Negara Kesatukorupsian RI.





dari http://www.merdeka.com/khas/hanura-anjing-urakan-yang-lumpuh-kolom-sableng.html

Kolom Sableng : PBB

$
0
0


Kolom Sableng

Partai Bulan Bintang, Macan binal nan membara

Penulis : Pipit Kartawidjaja
Kamis, 28 Maret 2013 14:38:35

Brojolan 17 Juli 1998, Jumat Pon, hari ciamik, Partai Bulan Bintang (PBB) berwuku Prangbakat, dinaungi Bethara Bisma. Wangsit wetonnya, suka berbantahan. Gak keliru kalau PBB itu Macan Cancer, macan binal nan membara.

Agaknya, PBB mengidap watak leluhurnya yang dut disantet Orde Lamaan, Masyumi. Lahir 7
November 1945, Rabu Pon, hari afdol, berwuku Tolu, diteduhi Bethara Bayu. Bersifat emosional, gak sabaran dan hobi berperkara.

Wajar, jika macan binal bersengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara, gara-gara mata bintang-bintangan karena dibulan-bulanin larangan berpemilu 2014. Kiranya, berbintang terangnya weton PBB, yakni perayu, merupakan alasan suksesnya gugatan.

Malah, asmara bos Fraksi PDI-P membara dibintang-hatikan oleh Datuk Maharajo Palinduang
PBB, agar Maharani sudi berbulan madu sama Maharajo, mengembara di alam gaib
presidencialismo de coalizao. Gelagatnya, kecupannya sungguh menggeleparkan birahi, merebus petualangan sensual berporos tengahnya abad lalu.

Awal bintang gelapnya PBB itu akibat bludrekannya UU No 8/2012 Tentang Pemilu Legislatif.
Salah satunya, kewajiban partai memiliki kepengurusan di segenap provinsi, 75 persen di
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan dan 50 persen di kecamatan di kabupaten/kota
yang bersangkutan. Tumbalnya serba bersangkutan itu, banyak partai pada nyangkut.

UU Pemilu berniat nyihir sistem kepartaian. Antara lain, menggembosi jumlah partai berpemilu untuk mewujudkan presidensialisme yang kuat dan efektif. Berdasar bab penjelasan UU No. 8/2012, pemilu 2014 "merupakan bagian dari proses penguatan dan pendalaman demokrasi (deepening democracy)."

Salah seorang pemantra deepening democracy, 24 Juni 2011, "Aburizal mencontohkan, di negara maju penyederhanaan partai sudah lama berjalan. Politisi yang biasa disapa Ical ini mengambil contoh, di Amerika Serikat misalnya, hanya memiliki dua partai."

Deepeningin democracy ataukah democracy deepeningin? Sebab di AS, tercatat 26 partai. Lalu, dalam pemilu House of common (DPR Britania Raya) Mei 2010, terjun 54 partai. Sinn Fein umpamanya bermarkas dan berlaga cuma di Irlandia Utara atau Scottish Socialist Party
di Skotlandia.

Lantas, dari 27 partai yang berlaga di arena pemilu Bundestag (DPR Jerman) September 2009,
hanya 6 partai tampil di segenap negara bagian (setara provinsi) yang berjumlah 16. Partai
penguasa CDU, berkantor dan terjun sebatas di 15 provinsi. Mitranya CSU, cuma di 1 provinsi, seperti 6 partai lainnya. Sisanya di 2 s/d 12 provinsi.

Terus, dari 22 partai pemilu DPRD kota Berlin 2011, yang 6 gak berpemilu nasional, 4-nya
malah berkwartir dan bertarung hanya di tingkat kecamatan.

Rupanya, model Ical itu cuma ada di negara Maju Tak Gentar. Jelas, PBB deepeningin sama deepening democracy. Sudah 3 kali PBB berpemilu: 1999 (2 juta suara dan 13 kursi DPR), 2004 (2,9 juta suara dan 11 kursi DPR) dan 2009 (1,8 juta suara dan bernon-DPR). Kendati berbulan gelap di DPR saat ini, tapi bintang PBB cukup terang. Sekitar 400 legislatornya kongkoin DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Di beberapa daerah, misalnya di DPRD Provinsi NTB, PBB bikin para penunggu DPR macam PAN,
PPP, Hanura, Gerindra dan PKB berbintang gelap. Bahkan, dengan sekitar 41 persen kursi, PBB itu bintang lapangannya DPRD kabupaten Nunukan, partai pemukim DPR berbulan gelap nyut-nyutan.

Lho, berwakilkan di DPRD, kok berpemilu 2014 dicegah? Di provinsi Yogya, Bali dan Kalbar
'dianiaya' gak bermarkas.

Tanah Nusantara itu rupanya deepeningin sama paksaan partai ngenasional dan keserentakan
penyelenggaraan pemilu. Berhawa sentralistik dan ekonomi kerayapan. Di Jerman contohnya,
pemilu nasional dan daerah diadakan terpisah. Di daerah pun, sesuai asas otda, jadwal pemilu provinsi bisa lain dari kabupaten/kota. Gunanya antara lain, memudahkan pemilih mbedain sas-sus nasional dari isu daerah.

Sekaligus, partai lokal dan minoritas berpeluang hidup, apalagi demokrasi konsensual pilihannya. Pemilu daerah dianggap amat penting. Di daerahlah politik riil sehari-harinya dapat dirasakan.

Jadi, di negara maju, PBB gak bakal deepeningin sama deepening democracy. Sah saja PBB ogah bermarkas di Bali misalnya.

Adapun nomor buntut 14 kado KPU itu bintang jahat dan pembawa penyakit, tenung Engkong
Fengsui. Keaduk laknat wukunya, buruk untuk mengobati. Maka, layak bersesajen nasi dang-dangan beras senilai zakat fitrah, daging sapi dimasak jajatah dan bumbu manis, urap beragam daun-daunan. Sapi impor dan daun pintu brankas bagusnya ssst…ssst.

Sesajen juga demi mengelak supata weton PBB: baik buat bernafkah sambilan. Hasil membaranya binalan, bersambilannya kebablasan, hingga akhirnya terjerumus jadi partai korupnya Seskab dan ICW punya rilisan. Lantaran gak di DPR, bintang timurlah prestasi PBB, meski diklaim 'bebas korupsi' dan 'lebih bersih dari partai-partai lain' oleh Yusril Mahendra. Barangkali rayuannya: bersihan dalam membersinkan berkas korupsi dan tata brankas negara.

dari
http://www.merdeka.com/khas/partai-bulan-bintang-macan-binal-nan-membara-kolom-sableng.html

SBY dan Keos Ciptaan Sendiri

$
0
0
Update :
TNI AD 4 April 2013 kemarin mengumumkan pelaku penembakan preman Indonesia Timur adalah 11 Anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Katanya tindakan spontan reaktif balas dendam karena atasannya dibunuh preman. Bahkan saat mengumumkan dikatakan para pelaku dengan ksatria mengakui pembantaian itu, sejak hari pertama tim TNI AD dibentuk. Perlu dipertanyakan soal kata "ksatria",  "spontan"? Tapi kok simpel ya? Ada apa?. Baiknya baca ulasan di Indonesia Times.Org, beberapa hari sebelum pengumuman itu. Inilah artikel itu 

Terjebak Chaos, Amerika Siapkan Pengganti SBY
Islam Times- Indonesia sedang mengarah ke negara kolaps, kelemahan SBY sudah terbaca dan Amerika Serikat sudah siap-siap untuk mengambil alih dengan mempersiapkan orang "kuat" untuk memimpin Indonesia dan menyelamatkan negara kapitalis dunia itu agar tetap bisa menancapkan kukunya di bumi Indonesia.


Sudah lebih sepekan ketika empat orang mati ditembak di dalam Lembaga Permasyarakatan (Lapas), Cebongan Sleman, Jogyakarta (Sabtu, 23/03/2013), tapi belum ada kejelasan pelakunya. TNI Angkatan Darat juga sudah membentuk tim untuk menginvestigasi kasus tersebut.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih sibuk dengan partainya, Partai Demokrat. Bahkan Sabtu kemarin (30/03), berhasil “memilih” dirinya sendiri menjadi Ketua Umum lewat Kongres Luar Biasa yang diarahkannya. Memang SBY lewat Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga, dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa pekan lalu, sempat menyatakan bahwa kasus Lapas Cebongan adalah serangan langsung terhadap kewibawaan negara.

Selain telah menghasilkan ancaman serius terhadap rasa aman publik, serangan itu juga memporak-porandakan kepercayaan umum terhadap supremasi hukum di Republik Indonesia. "Presiden telah memerintahkan Kapolri untuk melakukan semua tindakan yang mungkin untuk mengungkap pelaku dan memastikan semua yang terlihat diadili di depan hukum," ujar Daniel (26/3/2013).

Tampak sekali pernyataan presiden SBY itu hanya lips service. Yang terjadi kini saling tuding antara polisi (Brimob) dan TNI (Kopasus), pelaku peristiwa itu. Karena hanya ada ada beberapa kekuatan yang memiliki kemampuan seperti yang dilakukan 17 orang di Lapas Cebongan itu: Polisi dan TNI.

Dilihat dari segi korban sebelumnya, pelakunya bisa dituding Komando Pasukan Khusus (Kopasus) TNI AD, dengan tuduhan motif balas dendam. Namun dari segi jejak, pelakunya adalah polisi (Brimob). Karena polisi yang mengantar tahanan, mengetahui CCTV dan surat yang ditunjukkan pada petugas Lapas. Bahkan dapat ditebak pelaku penembak Deki, salah seorang dari 4 korban itu adalah orang Ambon. Karena, menurut seorang sumber intelejen, saat dia mau menembak, sang eksekutor sempat berujar dengan dialek ambon, “ale kira…”

Sesungguhnya, peristiwa Cebongan tak lepas dari peristiwa sebelumnya. Yulianis, Direktur Keuangan PT Anugerah Nusantara milik Nazaruddin, dalam sidang Tipikor saat kesaksiannya menyatakan telah mengirim uang 200 ribu US Dolar kepada Ibas (Putra lelaki SBY yang bernama lengkap Edhy Bhaskoro).

Tak lama setelah keterangan Yulianis itu lalu berhembus soal kudeta, yang dituding dialamatkan kepada MKRI. Padahal soal kudeta itu datang dari tentara senior yang mengancam akan menurunkan paksa SBY jika tak bisa menyelesaikan Bendera GAM di Aceh. Para jenderal itu meminta SBY membatalkan MOU Helsinki, yang dituding sebagai hidupnya Aceh Merdeka dalam NKRI.

Ketakutan SBY pada Jenderal Prabowo Subianto, juga menjadi motif lain tindakan SBY itu. Mula-mula dia panggil Prabowo untuk bertemu lalu memanggil tentara senior lain yang berseberangan dengan Prabowo. Mereka yaitu : Luhut Panjaitan, Subagyo H.S., Fahrul Rozi, Agus Widjojo, Johny Josephus Lumintang, Sumardi, dan Suaedy Marasabessy.

Cara licik lain yaitu politik adu domba. Etnis Timor (NTT dan eks Timor Leste) menjadi sasaran empuk untuk diadu domba, terutama dengan Ambon. Di beberapa daerah yang menjadi Satpam, debt collector (tukang tagih hutang) dan lain sebagainya adalah dua etnis itu yang bersaing dalam bisnis tersebut. Etnis Timor menjadi sasaran, karena dikenal dekat dengan Prabowo. Karena itu polisi Jakarta sudah mencium gelagat itu, kepala preman Jakarta Herkules yang dikenal dekat dengan Prabowo dan memiliki ormas GRIB, bersama 49 anak buahnya buru-buru dimasukan ke dalam sel polisi. Jadi saat peristiwa Cebongan terjadi Herkules bisa berlepas diri, walaupun salah satu korban penembakan di Lapas itu adalah anak buah Herkules.

Sejak peristiwa Lapas Cebongan, kasus Ibas yang menerima uang dari Nazaruddin, menghilang dari opini media. Karena kalau Ibas terus dicecar, maka akan masuk ke Ibu Ani, jika terus tentunya akan tembus sampai SBY. Tentu malu kalau SBY menjadi bulan-bulanan kasus korupsi.

Nah, menghidupkan bentrokan antar etnis (Timor vs Ambon) adalah jalan keluar SBY. Selain itu dia akan menihilkan korban pembunuhan di Lapas cebongan dengan alasan mereka adalah para penjahat (kartel narkoba, pemalak, preman dan lain sebagainya). SBY ingin meniru Soeharto dengan memakai tangan LB Moerdani saat menembaki para gali lewat program Petrus (Penembakan Misterius). Petrus lalu diakui oleh Soeharto setelah tak lagi berkuasa dalam buku Biografinya, dan dianggap program yang sukses disukai masyaraat untuk memberantas kejahatan.

Kali ini SBY memakai sandi Matius (Mati Misterius). Kebetulan saja kejadiannya tak jauh dari Hari Paskah, dengan harapan SBY akan mendapat dukungan dari kelompok Islam karena korbannya orang Kristen, lalu dari masyarakat lain karena korbannya adalah orang jahat.

Akibat adu domba SBY ini, diduga akan meletus bentrokan dibeberapa daerah keras terhadap etnis Timor, bisa terjadi di Makassar ataupun di Ambon. Namun, pertentangan kini sudah menjalar ke persaingan antara polisi (Brimob) dan TNI (AD-Kopassus).

Buntut-buntutnya akan diumumkan negara dalam keadaan kacau, dan SBY perlu Panglima Komando Operasi (Pangkoops) seperti Pangkopkamtib zaman Soeharto dulu. Sejumlah jenderal dipersiapkan untuk memimpin itu antara lain: Kepala BIN Letnan Jenderal Marciano Norman, Pangkostrad Mayor Jenderal M. Munir dan mantan Panglima TNI Djoko Santoso (Joksan). SBY akan merukunkan polisi dan TNI dengan alasan sebagai panglima tertinggi.

Namun bola sudah bergulir, bisa saja bola ini menjadi liar. Karena ada sejumlah masalah di negeri ini; korupsi keluarga SBY dan masalah GAM. SBY kini terjebak dalam keos ciptaannya sendiri.

Indonesia sedang mengarah ke negara kolaps, kelemahan SBY sudah terbaca dan Amerika Serikat sudah siap-siap untuk mengambil alih dengan mempersiapkan orang "kuat" untuk memimpin Indonesia dan menyelamatkan negara kapitalis dunia itu agar tetap bisa menancapkan kukunya di bumi Indonesia. Mengatur negeri dan merampas kekayaan alamnya. (IT)
Viewing all 216 articles
Browse latest View live